Bukannya mengusut kasus pembunuhan hingga tuntas, pihak Gedung Putih, Amerika Serikat malah menggunakan kasus tersebut sebagai tameng untuk mengingatkan kembali janji Presiden Donald Trump untuk 'membersihkan' Amerika dari para imigran. Adalah Mollie Tibbetts, mahasiswi asal Amerika Serikat yang ditemukan tewas di ladang jagung di Iowa.
Berdasarkan hasil penyelidikan kepolisian tersangka pelaku pembunuhan tersebut ditemukan tak lama setelah kejadian. Tersangka tersebut adalah seorang imigran asal Meksiko berusia 24 tahun bernama Christian Bahena Rivera. Setelah tersangka berhasil diamankan, proses hukum nggak langsung berjalan. Malahan, pihak Gedung Putih menjadikan kasus ini sebagai alat untuk menegakkan kembali kebijakan Trump soal anti-imigran yang pernah diajukannya pada saat kampanyenya dulu.
1. Mollie Tibbetts diketahui menghilang sejak tanggal 16 Juli 2018 lalu. Ia terakhir terlihat sedang jogging di sekitar Brooklyn, Iowa
2. Tercatat, Mollie adalah mahasiswi jurusan psikologi University of Iowa. Menurut keterangan ayahnya, Mollie adalah perempuan yang aktif dan saat ini sedang menulis buku
3. Entah apa alasannya, Mollie dibunuh di ladang jagung oleh Rivera yang menutup jasad Mollie dengan daun jagung
4. Pihak kepolisian yang menangkap tersangka memberikan keterangan bahwa Rivera adalah imigran ilegal yang telah tinggal di Amerika selama kurang lebih enam tahun tanpa dokumen yang lengkap
5. Memanfaatkan kasus ini, pihak Gedung Putih mengingatkan kembali bagaimana bahayanya kaum imigran, terlebih lagi mereka yang nggak berdokumen lengkap. Sikap pemerintahan di bawah Trump ini seolah mengeneralisasi imigran Meksiko membahayakan, padahal motif pembunuhan pun belum diketahui
6. Namun, menurut rekan kerjanya, Craig Lang, Rivera adalah warga imigran legal dan memiliki dokumen sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Karena kasus ini pula, kita jadi mengingat kembali keputusan Presiden Donald Trump soal kebijakannya yang anti-imigran. Dilansir dari BBC, Trump sangat ingin mengurangi jumlah warga yang ingin mencari kehidupan lebih baik di Amerika dan hanya menerima imigran dari negara tertentu seperti Norwegia. Alasannya imigran dari Norwegia bisa berkontribusi membangun Amerika menjadi negara yang kuat. Tapi, di sisi lain, warga Amerika banyak yang menolak dan memprotes keputusan tersebut karena dianggap sebagai bentuk rasisme.