Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Jazz Gunung Burangrang: Kala Beragam Genre Menyatu dalam Jazz

Musik yang bisa berbaur dengan genre lainnya

Niken Ari Prayitno

Setelah melalui rangkaian tiga kota sebelumnya, Jazz Gunung Series 2024 akhirnya tiba di kota terakhir. Gunung Burangrang, Bandung menjadi lokasi Jazz Gunung Series terakhir dan menutup tahun 2024. Sama seperti di lokasi lainnya, ada keseruan dan perbedaan tersendiri dari gelaran Jazz Gunung Burangrang. Jika di lokasi lain hanya ada satu panggung, di Jazz Gunung Burangrang penonton bisa menikmati empat panggung berbeda yang masing-masing memberikan pengalaman menonton yang tak terlupakan.

Ditemani dengan cuaca dingin Kabupaten Bandung Barat yang bisa mencapai 18 derajat, saya menikmati hampir semua penampil di Jazz Gunung Burangrang. Berbekal jaket tebal, suasana dingin di gunung tersebut sama sekali tak terasa dan bahkan membuat konser terasa semakin syahdu.

Satu hal yang saya sadari dari Jazz Gunung Burangrang adalah para penampilnya tak melulu berasal dari genre jazz murni. Bahkan, bisa dibilang, kebanyakan para bintang utamanya malah berasal dari genre musik berbeda yang kemudian meramu musik mereka dengan jazz. Hasilnya? Kamu disuguhkan dengan alunan musik yang benar-benar memanjakan telinga.

Samba Sunda, saat jazz berpadu dengan musik tradisional khas Jawa Barat

Popbela.com/Niken Ari

Menemani hari menuju senja, Samba Sunda tampil memanaskan panggung Rindang Berdendang yang terletak di paling atas dari Dusun Bambu, venue Jazz Gunung Burangrang. Berhias bambu sebagai dekorasi di setiap panggungnya, Samba Sunda tampil di atas stage tepat pukul 15.30 WIB.

Menjadi Jazz Gunung pertama di Tanah Pasundan, Samba Sunda begitu pas membuka konser kali ini. Memadukan jazz dengan alat musik tradisional, Samba Sunda tampil apik sepanjang 45 menit. Instrumen rumit dengan sentuhan jazz yang menenangkan, membuat penampilan mereka menjadi salah satu yang paling ditunggu di sore itu.

Nostalgic but make it jazz with Vina Panduwinata & F.I.[e].R.Y

Popbela.com/Niken Ari

Tepat setelah Samba Sunda tampil, masih di panggung yang sama, Vina Panduwinata & F.I.[e].R.Y tampil menghibur penonton. Masih dengan ciri khasnya, lagu-lagu pop lawas milik Vina Panduwinata mengalun indah dengan sedikit sentuhan jazz. Meski nuansa jazz dari musisi yang telah berkarya lebih dari 40 tahun ini tak terlalu kental, penonton tetap hanyut terbawa suasana nostalgia lewat lagu-lagunya.

Vina diiringi dengan band bernama F.I.[e].R.Y. Band ini telah menjadi pengiring Vina saat konser beberapa tahun terakhir. Bukan tanpa alasan Vina memilih F.I.[e].R.Y untuk mengiringinya. Jiwa muda dan kekinian yang dibawa F.I.[e].R.Y membuat lagu-lagu Vina menjadi lebih fresh, hingga dapat diikuti oleh pendengarnya yang baru.

Dul Jaelani: Dewa 19 Experience, saat rock bertemu jazz dalam satu irama

Popbela.com/Niken Ari

Salah satu line up yang paling ditunggu adalah kehadiran dari Dul Jaelani. Anak bungsu dari Ahmad Dhani ini tampil membawakan lagu-lagu populer milik Dewa 19 dan menyajikannya dengan tajuk Dewa 19 Experience. Meski kental dengan nuansa pop-rock, Dul dan Dewa 19 Experience Band memberikan sedikit sentuhan jazz. Mereka pun memberi nama genre musiknya dengan sebutan jazz-crunch.

Dalam 45 menit durasi penampilan mereka, Dul Jaelani membawakan kurang lebih enam lagu. Mulai dari "Arjuna", "Cukup Siti Nurbaya", "Risalah Hati", dan ditutup dengan "Kamulah Satu-Satunya". 

Di sela-sela penampilannya, Dul juga menyampaikan bahwa ini adalah kali pertamanya tampil di event musik jazz. Ia juga sudah mendapatkan restu dari sang ayah untuk sedikit menggubah membawakan lagu-lagu Dewa 19 sesuai dengan karakteristik Dul dan Dewa 19 Experience band.

Anggunnya Danilla Riyadi bawakan album Telisik

Popbela.com/Niken Ari

Setelah adrenalin dipacu kencang di stage Gending Ngibing, penonton dibawa untuk lebih rileks dan kalem dengan menyaksikan penampilan dari Danilla Riyadi. Tampil anggun dengan one shoulder dress berwarna biru, Danilla membawakan lagu-lagu dari album Telisik. Sebagai informasi, album tersebut tengah direkam dan dihidupkan ulang menyambut satu dekade Danilla berkarya.

Suasana dingin Gunung Burangrang bahkan sama sekali tak terasa karena semua penonton terhanyut dalam untaian nada yang dibawakab oleh Danilla.

Meriahnya jazz dan dangdut penutup Jazz Gunung Series

Popbela.com/Niken Ari

Makin malam, suasana di panggung Rindang Berdendang semakin panas. Suasana dingin tak lagi terasa karena penampilan meriah dari Elvy Sukaesih yang diiringi oleh Bandung Jazz Orchestra. Jazz yang berpadu dengan musik dangdut, membuat penonton tak hanya ikut berdendang, tapi juga bergoyang mengikuti irama musik.

Ditemani oleh sang anak, Dhawiya, Elvy membawakan lagu-lagu hitsnya. Seperti "Gula-Gula", "Cubit-Cubitan", hingga ditutup dengan begitu pecah lewat lagu "Pecah Seribu". 

Hadirnya Elvy Sukaesih di panggung Jazz Gunung Burangrang menjadi suatu gebrakan baru. Ini pertama kalinya musik dangdut berpadu dengan jazz. Hasilnya? Sajian musik yang memanjakan telinga siap dinikmati.

Jazz Gunung Burangrang menjadi penutup apik dari semua rangkaian Jazz Gunung Series yang telah digelar sepanjang tahun 2024 ini. Semoga saja di tahun depan lebih banyak lagi lokasi yang disambangi oleh Jazz Gunung Series, ya!

IDN Channels

Latest from Inspiration