Waisak sebagai hari suci dirayakan untuk memperingati tiga peristiwa penting yang dialami Siddharta Gautama atau sang Buddha. Peristiwa pertama adalah kelahirannya, kedua saat sang pangeran mendapat penerangan dan makna hidup, serta wafatnya.
Siddhartha dipercaya sebagai seorang pangeran yang lahir dari keluarga kaya di Taman Lumbini, tempat yang saat ini disebut Nepal pada tahun 623 sebelum masehi. Ayahnya adalah Raja Suddhodana dan ibunya bernama Maya. Saat kecil, ia diramalkan akan menjadi penguasa dunia. Ayahnya pun membesarkan sang putra dengan sebaik- baiknya, berusaha membahagiakannya dengan penuh kesenangan dan kemewahan dunia. Siddharta juga dijaga agar tidak mengenal susah atau sengsara.
pixabay.com/DuongNgoc1987
Seiring berjalannya waktu, Siddharta bosan dengan kemewahan yang ia dapatkan. Ia mulai merenungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat terhindar dari sakit, tua, mati dan menjadi mayat.
Hingga kemudian ia memilih menjadi pendeta. Ia bepergian untuk mempelajari lebih banyak tentang dunia dan melihat penderitaan dunia. ia mengembara sebagai pendeta untuk mencari makna hidup dan pengetahuan sejati. Suatu hari Siddharta sampai di suatu tempat bernama Gaya. la bersemedi di bawah pohon.
Saat bersemedi, ia harus melawan godaan-godaan dari raja setan yang bernama Mara. Namun usaha Mara menggagalkan Siddharta tidak berhasil. Akhirnya pada malam purnama bulan Waisak, Siddharta mencapai bodhi atau kesadaran yang sempurna.
pixabay.com/DuongNgoc1987
Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya (Bodh Gaya) pada usia 35 tahun, pada 588 SM. Buddha sendiri adalah gelar dan bukan sebuah nama. Artinya, yang dicerahkan atau yang telah bangkit. Sejak saat itu ia terdorong untuk menolong sesama manusia dan menyebarkan ajarannya.
Peristiwa penting terakhir adalah wafatnya pangeran Siddharta. Pada usia 80 tahun saat berada di desa Kusinegara, sang Buddha wafat. Ia masuk nirwana untuk selama-lamanya.