Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

15 Puisi Hari Pahlawan 10 November yang Penuh Makna

Baca dan resapi puisi berikut ini!

Nafi' Khoiriyah

Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Di momen ini, kita semua perlu mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang jiwa dan raga untuk kemerdekaan Indonesia. 

Salah satu cara untuk mengenang jasa para pahlawan adalah dengan membaca dan memaknai puisi tentang pahlawan. Selain bisa mengenang jasa-jasa mereka, puisi Hari Pahlawan juga akan menumbuhkan jiwa patriotisme dalam diri kita. 

Puisi-puisi di bawah ini ditulis oleh para penyair sebagai pengingat bahwa kemerdekaan yang kita rasakan sekarang adalah berkat Tuhan Yang Maha Esa dan perjuangan para pahlawan di masa lampau.

Untuk kembali mengenang perjuangan para pahlawan, berikut 15 puisi yang dirangkum oleh Popbela.com.

1. Puisi Hari Pahlawan tentang perjuangan

unsplash.com/Álvaro Serrano

Untuk mencapai kemerdekaan, para pahlawan rela mempertaruhkan nyawanya sampai titik darah penghabisan. Dengan seluruh jiwa dan raga, mereka terus maju tidak ada kata berhenti untuk berjuang.

Berikut adalah beberapa puisi Hari Pahlawan tentang perjuangan. 

  1. Diponegoro
    Karya: Chairil Anwar

    Di masa pembangunan ini
    Tuan hidup kembali
    Dan bara kagum menjadi api
    Di depan sekali tuan menanti
    Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
    Pedang di kanan, keris di kiri
    Berselempang semangat yang tak bisa mati
    Maju

    Ini barisan tak bergenderang-berpalu
    Kepercayaan tanda menyerbu
    Sekali berarti
    Sudah itu mati
    Maju

    Bagimu negeri
    Menyediakan api
    Punah di atas menghamba
    Binasa di atas ditindas
    Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
    Jika hidup harus merasai
    Maju
    Serbu
    Serang
    Terjang

  2. Sebuah Jaket Berlumur Darah
    Karya: Taufiq Ismail

    Sebuah jaket berlumur darah
    Kami semua telah menatapmu
    Telah pergi duka yang agung
    Dalam kepedihan bertahun-tahun.

    Sebuah sungai membatasi kita
    Di bawah terik matahari Jakarta
    Antara kebebasan dan penindasan
    Berlapis senjata dan sangkur baja

    Akan mundurkah kita sekarang
    Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
    Berikrar setia kepada tirani
    Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

    Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
    Kami semua telah menatapmu
    Dan di atas bangunan-bangunan
    Menunduk bendera setengah tiang.

    Pesan itu telah sampai kemana-mana
    Melalui kendaraan yang melintas
    Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
    Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa

    Prosesi jenazah ke pemakaman
    Mereka berkata
    Semuanya berkata
    Lanjutkan Perjuangan!

  3. Dongeng Pahlawan
    Karya: W.S. Rendra

    Pahlawan telah berperang dengan panji-panji
    Berkuda terbang dan menangkan putri
    Pahlawan kita adalah lembu jantan
    Melindungi padang dan kaum perempuan.

    Pahlawan melangkah dengan baju-baju sutra
    Malam tiba, angin tiba, ia pun tiba pula
    Adikku lanang, senyumlah bila bangun pagi-pagi
    Karna pahlawan telah berkunjung di tiap hati

2. Puisi Hari Pahlawan yang penuh makna

unsplash.com/Ksenia Makagonova

Perjuangan para pahlawan tersebut tentu bisa kita maknai lebih mendalam. Jika mereka berjuang melawan para penjajah, kini kita juga berjuang untuk memajukan bangsa Indonesia.

Supaya bisa lebih memaknai perjuangan, bacalah puisi di bawah ini. 

  1. Putra-Putra Ibu Pertiwi
    Karya: Mustofa Bisri 

    Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja
    Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya
    Pahlawan-pahlawan bangsa
    Dan patriot-patriot negara
    (Bunga-bunga kalian mengenalnya
    Atau hanya mencium semerbaknya)

    Ada yang gugur gagah dalam gigih perlawanan
    Merebut dan mempertahankan kemerdekaan
    (Beberapa kuntum dipetik bidadari sambil senyum
    Membawanya ke sorga tinggalkan harum)

    Ada yang mujur menyaksikan hasil perjuangan
    Tapi malang tak tahan godaan jadi bajingan
    (Beberapa kelopak bunga di tenung angin kala
    Berubah jadi duri-duri mala)

    Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja
    Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya
    Pahlawan-pahlawan dan bajingan-bajingan bangsa
    (di tamansari bunga-bunga dan duri-duri
    Sama-sama diasuh mentari)

    Anehnya yang mati tak takut mati justru abadi
    Yang hidup senang hidup kehilangan jiwa
    (mentari tertawa sedih memandang pedih
    Duri-duri yang membuat bunga-bunga tersisih)

  2. Lagu Seorang Geriliya
    Karya: W.S. Rendra

    Engkau melayang jauh, kekasihku
    Engkau mandi cahaya matahari

    Aku di sini memandangmu,
    menyandang senapan, berbendera pusaka

    Di antara pohon-pohon pisang di kampung kita yang berdebu,
    Engkau berkudung selendang katun di kepalamu

    Engkau menjadi suatu keindahan

    Sementara dari jauh
    Resimen tank penindas terdengar menderu
    Malam bermandi cahaya matahari
    Kehijauan menyelimuti medan perang yang membara

    Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku
    Engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu

    Peluruku habis
    Dan darah muncrat dari dadaku
    Maka di saat seperti itu
    Kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan
    Bersama kakek-kakekku yang telah gugur
    Di dalam berjuang membela rakyat jelata

  3. Catatan di Pojok Taman
    Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

    Kepada pahlawan tak dikenal

    Kini kau berlayar sendirian
    Di lautan kelam tanpa karang
    Menuju pelabuhan seberang
    Untuk tidur di pangkuan tuhan

    (sebutir peluru telah merenggut jantungmu
    Ketika kau nekat melindungiku
    Dalam penyerbuan ke benteng itu
    Di pangkuanku kau tinggalkan jasadmu
    Sebelum sempat kau sebut namamu
    Asal dan induk pasukanmu
    Kecuali seberkas senyum keikhlasan)

    Lukamu kini tak dapat kuraba lagi
    Karena dagingmu telah kembali ke asal
    Tinggal cahaya putih cintamu
    Membekas dalam di kalbu

3. Puisi Hari Pahlawan tentang pengorbanan

pexels.com/lil artsy

Tidak hanya penuh dengan semangat perjuangan semata, pahlawan juga mengorbankan hal yang sangat berharga untuknya. Pengorbanan tersebut mereka berikan tanpa pamrih, bahkan ketika harus merelakan nyawanya.

Berikut adalah puisi Hari Pahlawan tentang pengorbanan. 

  1. Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang
    Karya: W.S. Rendra

    Tuhanku,
    Wajah-Mu membayang di kota terbakar
    Dan firman-Mu terguris di atas ribuan
    Kuburan yang dangkal

    Anak menangis kehilangan bapa
    Tanah sepi kehilangan lelakinya
    Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
    Tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

    Apabila malam turun nanti
    Sempurnalah sudah warna dosa
    Dan mesiu kembali lagi bicara
    Waktu itu, Tuhanku,
    Perkenankan aku membunuh
    Perkenankan aku menusukkan sangkurku

    Malam dan wajahku
    Adalah satu warna
    Dosa dan nafasku
    Adalah satu udara.
    Tak ada lagi pilihan
    Kecuali menyadari
    -biarpun bersama penyesalan-

    Apa yang bisa diucapkan
    Oleh bibirku yang terjajah?
    Sementara kulihat kedua lengan-Mu yang capai
    Mendekap bumi yang mengkhianati-Mu

    Tuhanku
    Erat-erat kugenggam senapanku
    Perkenankan aku membunuh
    Perkenankan aku menusukkan sangkurku

  2. Lagu dari Pasukan Terakhir
    Karya: Asrul Sani

    Pada tapal terakhir sampai ke Jogja
    Bimbang telah datang pada nyala
    Langit telah tergantung suram
    Kata-kata berantukan pada arti sendiri

    Bimbang telah datang pada nyala
    Dan cinta tanah air akan berupa
    Peluru dalam darah
    Serta nilai yang bertebaran sepanjang masa
    Bertanya akan kesudahan ujian
    Mati atau tiada mati-matinya

    O Jenderal, bapa, bapa,
    Tiadakan engkau hendak berkata untuk kesekian kali
    Ataukah suatu kehilangan keyakinan
    Hanya kanan tetap tinggal pada tidak-sempurna
    Dan nanti tulisan yang telah diperbuat sementara
    Akan hilang ditiup angin, karena
    Ia berdiam di pasir kering

    O Jenderal, kami yang kini akan mati
    Tiada lagi dapat melihat kelabu
    Laut renangan Indonesia.

    O Jenderal, kami yang kini akan jadi
    Tanah, pasir, batu dan air
    Kami cinta kepada bumi ini

    Ah, mengapa pada hari-hari sekarang, matahari
    Sangsi akan rupanya, dan tiada pasti pada cahaya
    Yang akan dikirim ke bumi

    Jenderal, mari Jenderal
    Mari jalan di muka
    Mari kita hilangkan sengketa ucapan
    Dan dendam kehendak pada cacat-keyakinan
    Engkau bersama kami, engkau bersama kami

    Mari kita tinggalkan ibu kita
    Mari kita biarkan istri dan kekasih mendoa
    Mari Jenderal mari
    Sekali ini derajat orang pencari dalam bahaya
    Mari Jenderal mari Jenderal mari, mari…

  3. Pahlawan Tak Dikenal
    Karya: Toto Sudarto Bachtiar

    Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
    Tetapi bukan tidur, sayang
    Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
    Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

    Dia tidak ingat bilamana dia datang
    Kedua lengannya memeluk senapan
    Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
    Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang

    Wajah sunyi setengah tengadah
    Menangkap sepi padang senja
    Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
    Dia masih sangat muda

    Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
    Orang-orang ingin kembali memandangnya
    Sambil merangkai karangan bunga
    Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya

    Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
    Tetapi bukan tidur, sayang
    Sebuah peluru bundar di dadanya
    Senyum bekunya mau berkata: aku sangat muda.

4. Puisi Hari Pahlawan yang menginspirasi

pexels.com/Wallace Chuck

Meskipun saat ini kita tidak bisa meniru secara persis apa yang dilakukan oleh para pahlawan, tetapi perjuangan dan kerelaan mereka bisa dijadikan inspirasi dalam kehidupan. Mulai dari kehidupan pribadi ataupun kehidupan bermasyarakat.

Supaya lebih memaknainya, puisi di bawah ini bisa kamu resapi. 

  1. Musium Perjuangan
    karya: Kuntowijoyo

    Susunan batu yang bulat bentuknya
    Berdiri kukuh menjaga senapan tua
    Peluru menggeletak di atas meja
    Menanti putusan pengunjungnya.

    Aku tahu sudah, di dalamnya
    Tersimpan darah dan air mata kekasih
    Aku tahu sudah, di bawahnya
    Terkubur kenangan dan impian
    Aku tahu sudah, suatu kali
    Ibu-ibu direnggut cintanya
    Dan tak pernah kembali

    Bukalah tutupnya
    Senapan akan kembali berbunyi
    Meneriakkan semboyan
    Merdeka atau Mati.

    Ingatlah, sesudah sebuah perang
    Selalu pertempuran yang baru
    Melawan dirimu.

  2. Pemuda Pahlawan
    Karya : Riky Fernandes

    Gelagat keharuan tercium bagai bangkai kecoa yang mulai hancur
    Waktumu tidak banyak di atas fana
    Rapatkan jari-jemarimu agar sampai menuju menara
    Bulatkan tekadmu untuk melawan arus kebencian setiap manusia-manusia itu
    Kukuhkan dua kakimu sampai ke kepala
    Tarik tali pelontar kain merah putihmu
    Usah kau sujud di atas tanah itu
    Tancapkan saja tiang semangatmu setinggi mungkin
    Senyummu kian memanis dengan topi jerami berwarna gelap
    Dan saat itulah kau akan tahu betapa sulitnya hidup
    Dengan hias keringat tanpa peduli hari telah mencapai senja

  3. Surabaya
    Karya: Mustofa Bisri 

    Jangan anggap mereka kalap
    jika mereka terjang senjata sekutu lengkap
    Jangan dikira mereka nekat
    Karena mereka cuma berbekal semangat
    Melawan seteru yang hebat
    Jangan sepelekan senjata di tangan mereka
    Atau lengan yang mirip kerangka
    Tengoklah baja di dada mereka
    Jangan remehkan sesobek kain di kepala
    Tengoklah merah putih yang berkibar
    Di hati mereka
    Dan dengar pekik mereka
    Allahu Akbar!

    Dengarlah pekik mereka
    Allahu Akbar!
    Gaungnya menggelegar
    Mengoyak langit
    Surabaya yang murka
    Allahu Akbar
    Menggetarkan setiap yang mendengar
    Semua pun jadi kecil
    Semua pun tinggal seupil
    Semua menggigil

    Surabaya,
    O, kota keberania
    O, kota kebanggaan
    Mana sorak-sorai takbirmu
    Yang membakar nyali kezaliman?
    Mana pekik merdekamu
    Yang menggeletarkan ketidakadilan?
    Mana arek-arekmu yang siap
    Menjadi tumbal kemerdekaan
    Dan harga diri
    Menjaga ibu pertiwi
    Dan anak-anak negeri
    Ataukah kini semuanya ikut terbuai
    Lagu-lagu satu nada
    Demi menjaga
    Keselamatan dan kepuasan
    Diri sendiri

    Allahu Akbar!
    Dulu Arek-arek Surabaya
    Tak ingin menyetrika Amerika
    Melinggis Inggris
    Menggada Belanda
    Murka pada Gurka
    Mereka hanya tak suka
    Kezaliman yang angkuh mereja-lela
    Mengotori persada.
    Mereka harus melawan
    Meski nyawa yang menjadi taruhan
    Karena mereka memang pahlawan

    Surabaya
    Di manakah kau sembunyikan
    Pahlawanku?

5. Puisi tentang pahlawan yang gugur

freepik.com/master1305

Terakhir, ada banyak para pahlawan yang gugur di medan peperangan. Oleh karena itu, puisi Hari Pahlawan ini menjadi pengingat bahwa mereka gugur dengan terhormat karena berjuang mempertahankan bangsa Indonesia.

Berikut puisi dari beberapa penyair yang dipersembahkan untuk para pahlawan yang telah gugur. 

  1. Gugur
    karya: W.S. Rendra

    Ia merangkak
    Di atas bumi yang dicintainya
    Tiada kuasa lagi menegak
    Telah ia lepaskan dengan gemilang
    Pelor terakhir dari bedilnya
    Ke dada musuh yang merebut kotanya

    Ia merangkak
    Di atas bumi yang dicintainya
    Ia sudah tua
    Luka-luka di badannya

    Bagai harimau tua
    Susah payah maut menjeratnya
    Matanya bagai saga
    Menatap musuh pergi dari kotanya

    Sesudah pertempuran yang gemilang itu
    Lima pemuda mengangkatnya
    Di antaranya anaknya
    Ia menolak
    Dan tetap merangkak
    Menuju kota kesayangannya

    Ia merangkak
    Di atas bumi yang dicintainya
    Belum lagi selusin tindak
    Maut pun menghadangnya

    Ketika anaknya memegang tangannya
    Ia berkata:
    ”Yang berasal dari tanah
    Kembali rebah pada tanah
    Dan aku pun berasal dari tanah
    Tanah Ambarawa yang kucinta
    Kita bukanlah anak jadah
    Kerna kita punya bumi kecintaan
    Bumi yang menyusui kita
    Dengan mata airnya
    Bumi kita adalah tempat pautan yang sah
    Bumi kita adalah kehormatan
    Bumi kita adalah juwa dari jiwa
    Ia adalah bumi nenek moyang
    Ia adalah bumi waris yang sekarang
    Ia adalah bumi waris yang akan datang”

    Hari pun berangkat malam
    Bumi berpeluh dan terbakar
    Kerna api menyala di kota Ambarawa

    Orang tua itu kembali berkata:
    “Lihatlah, hari telah fajar!
    Wahai bumi yang indah
    kita akan berpelukan buat selama-lamanya!
    Nanti sekali waktu
    Seorang cucuku
    Akan menacapkan bajak
    Di bumi tempatku berkubur
    Kemudian akan ditanamnya benih
    Dan tumbuh dengan subur

    Maka ia pun berkata :
    “Alangkah gemburnya tanah di sini!”

    Hari pun lengkap malam
    Ketika menutup matanya

  2. Sebuah Jaket Berlumur Darah
    Karya: Taufik ismail

    Sebuah jaket berlumur darah
    Kami semua telah menatapmu
    Telah pergi duka yang agung
    Dalam kepedihan bertahun-tahun

    Sebuah sungai membatasi kita
    Di bawah terik matahari Jakarta
    Antara kebebasan dan penindasan
    Berlapis senjata dan sangkur baja

    Akan mundurkah kita sekarang
    Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
    Berikrar setia kepada tirani
    Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

    Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
    Kami semua telah menatapmu
    Dan di atas bangunan-bangunan
    Menunduk bendera setengah tiang

    Pesan itu telah sampai kemana-mana
    Melalui kendaraan yang melintas
    Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
    Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
    Prosesi jenazah ke pemakaman
    Mereka berkata
    Semuanya berkata
    Lanjutkan Perjuangan!

  3. Karawang Bekasi
    Karya: Chairil Anwar

    Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
    Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
    Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
    Terbayang kami maju dan mendegap hati?

    Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
    Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
    Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
    Kenang, kenanglah kami

    Kami sudah coba apa yang kami bisa
    Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

    Kami cuma tulang-tulang berserakan
    Tapi adalah kepunyaanmu
    Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

    Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan,
    Atau tidak untuk apa-apa
    Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
    Kaulah sekarang yang berkata

    Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
    Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

    Kenang, kenanglah kami
    Teruskan, teruskan jiwa kami
    Menjaga Bung Karno
    Menjaga Bung Hatta
    Menjaga Bung Syahrir

    Kami sekarang mayat
    Berikan kami arti
    Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

    Kenang, kenanglah kami
    Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
    Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi

Itulah 15 puisi Hari Pahlawan yang bisa kamu baca dan resapi maknanya. Dengan puisi di atas, kita bisa mengenang kembali perjuangan para pahlawan yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk membela bangsanya.

Selamat Hari Pahlawan tahun 2024!

IDN Channels

Latest from Inspiration