Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Di momen ini, kita semua perlu mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang jiwa dan raga untuk kemerdekaan Indonesia.
Salah satu cara untuk mengenang jasa para pahlawan adalah dengan membaca dan memaknai puisi tentang pahlawan. Selain bisa mengenang jasa-jasa mereka, puisi Hari Pahlawan juga akan menumbuhkan jiwa patriotisme dalam diri kita.
Puisi-puisi di bawah ini ditulis oleh para penyair sebagai pengingat bahwa kemerdekaan yang kita rasakan sekarang adalah berkat Tuhan Yang Maha Esa dan perjuangan para pahlawan di masa lampau.
Untuk kembali mengenang perjuangan para pahlawan, berikut 15 puisi yang dirangkum oleh Popbela.com.
1. Puisi Hari Pahlawan tentang perjuangan
Untuk mencapai kemerdekaan, para pahlawan rela mempertaruhkan nyawanya sampai titik darah penghabisan. Dengan seluruh jiwa dan raga, mereka terus maju tidak ada kata berhenti untuk berjuang.
Berikut adalah beberapa puisi Hari Pahlawan tentang perjuangan.
-
Diponegoro
Karya: Chairil AnwarDi masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati
MajuIni barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
MajuBagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang -
Sebuah Jaket Berlumur Darah
Karya: Taufiq IsmailSebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur bajaAkan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang.Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasaProsesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan! -
Dongeng Pahlawan
Karya: W.S. RendraPahlawan telah berperang dengan panji-panji
Berkuda terbang dan menangkan putri
Pahlawan kita adalah lembu jantan
Melindungi padang dan kaum perempuan.Pahlawan melangkah dengan baju-baju sutra
Malam tiba, angin tiba, ia pun tiba pula
Adikku lanang, senyumlah bila bangun pagi-pagi
Karna pahlawan telah berkunjung di tiap hati
2. Puisi Hari Pahlawan yang penuh makna
Perjuangan para pahlawan tersebut tentu bisa kita maknai lebih mendalam. Jika mereka berjuang melawan para penjajah, kini kita juga berjuang untuk memajukan bangsa Indonesia.
Supaya bisa lebih memaknai perjuangan, bacalah puisi di bawah ini.
-
Putra-Putra Ibu Pertiwi
Karya: Mustofa BisriBagai wanita yang tak ber-ka-be saja
Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya
Pahlawan-pahlawan bangsa
Dan patriot-patriot negara
(Bunga-bunga kalian mengenalnya
Atau hanya mencium semerbaknya)Ada yang gugur gagah dalam gigih perlawanan
Merebut dan mempertahankan kemerdekaan
(Beberapa kuntum dipetik bidadari sambil senyum
Membawanya ke sorga tinggalkan harum)Ada yang mujur menyaksikan hasil perjuangan
Tapi malang tak tahan godaan jadi bajingan
(Beberapa kelopak bunga di tenung angin kala
Berubah jadi duri-duri mala)Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja
Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya
Pahlawan-pahlawan dan bajingan-bajingan bangsa
(di tamansari bunga-bunga dan duri-duri
Sama-sama diasuh mentari)Anehnya yang mati tak takut mati justru abadi
Yang hidup senang hidup kehilangan jiwa
(mentari tertawa sedih memandang pedih
Duri-duri yang membuat bunga-bunga tersisih) -
Lagu Seorang Geriliya
Karya: W.S. RendraEngkau melayang jauh, kekasihku
Engkau mandi cahaya matahariAku di sini memandangmu,
menyandang senapan, berbendera pusakaDi antara pohon-pohon pisang di kampung kita yang berdebu,
Engkau berkudung selendang katun di kepalamuEngkau menjadi suatu keindahan
Sementara dari jauh
Resimen tank penindas terdengar menderu
Malam bermandi cahaya matahari
Kehijauan menyelimuti medan perang yang membaraDi dalam hujan tembakan mortir, kekasihku
Engkau menjadi pelangi yang agung dan syahduPeluruku habis
Dan darah muncrat dari dadaku
Maka di saat seperti itu
Kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan
Bersama kakek-kakekku yang telah gugur
Di dalam berjuang membela rakyat jelata -
Catatan di Pojok Taman
Karya: Ahmadun Yosi HerfandaKepada pahlawan tak dikenal
Kini kau berlayar sendirian
Di lautan kelam tanpa karang
Menuju pelabuhan seberang
Untuk tidur di pangkuan tuhan(sebutir peluru telah merenggut jantungmu
Ketika kau nekat melindungiku
Dalam penyerbuan ke benteng itu
Di pangkuanku kau tinggalkan jasadmu
Sebelum sempat kau sebut namamu
Asal dan induk pasukanmu
Kecuali seberkas senyum keikhlasan)Lukamu kini tak dapat kuraba lagi
Karena dagingmu telah kembali ke asal
Tinggal cahaya putih cintamu
Membekas dalam di kalbu
3. Puisi Hari Pahlawan tentang pengorbanan
Tidak hanya penuh dengan semangat perjuangan semata, pahlawan juga mengorbankan hal yang sangat berharga untuknya. Pengorbanan tersebut mereka berikan tanpa pamrih, bahkan ketika harus merelakan nyawanya.
Berikut adalah puisi Hari Pahlawan tentang pengorbanan.
-
Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang
Karya: W.S. RendraTuhanku,
Wajah-Mu membayang di kota terbakar
Dan firman-Mu terguris di atas ribuan
Kuburan yang dangkalAnak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
Tapi bangkai dan wajah mati yang sia-siaApabila malam turun nanti
Sempurnalah sudah warna dosa
Dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurkuMalam dan wajahku
Adalah satu warna
Dosa dan nafasku
Adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
Kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-Apa yang bisa diucapkan
Oleh bibirku yang terjajah?
Sementara kulihat kedua lengan-Mu yang capai
Mendekap bumi yang mengkhianati-MuTuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku -
Lagu dari Pasukan Terakhir
Karya: Asrul SaniPada tapal terakhir sampai ke Jogja
Bimbang telah datang pada nyala
Langit telah tergantung suram
Kata-kata berantukan pada arti sendiriBimbang telah datang pada nyala
Dan cinta tanah air akan berupa
Peluru dalam darah
Serta nilai yang bertebaran sepanjang masa
Bertanya akan kesudahan ujian
Mati atau tiada mati-matinyaO Jenderal, bapa, bapa,
Tiadakan engkau hendak berkata untuk kesekian kali
Ataukah suatu kehilangan keyakinan
Hanya kanan tetap tinggal pada tidak-sempurna
Dan nanti tulisan yang telah diperbuat sementara
Akan hilang ditiup angin, karena
Ia berdiam di pasir keringO Jenderal, kami yang kini akan mati
Tiada lagi dapat melihat kelabu
Laut renangan Indonesia.O Jenderal, kami yang kini akan jadi
Tanah, pasir, batu dan air
Kami cinta kepada bumi iniAh, mengapa pada hari-hari sekarang, matahari
Sangsi akan rupanya, dan tiada pasti pada cahaya
Yang akan dikirim ke bumiJenderal, mari Jenderal
Mari jalan di muka
Mari kita hilangkan sengketa ucapan
Dan dendam kehendak pada cacat-keyakinan
Engkau bersama kami, engkau bersama kamiMari kita tinggalkan ibu kita
Mari kita biarkan istri dan kekasih mendoa
Mari Jenderal mari
Sekali ini derajat orang pencari dalam bahaya
Mari Jenderal mari Jenderal mari, mari… -
Pahlawan Tak Dikenal
Karya: Toto Sudarto BachtiarSepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perangDia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayangWajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat mudaHari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnyaSepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata: aku sangat muda.
4. Puisi Hari Pahlawan yang menginspirasi
Meskipun saat ini kita tidak bisa meniru secara persis apa yang dilakukan oleh para pahlawan, tetapi perjuangan dan kerelaan mereka bisa dijadikan inspirasi dalam kehidupan. Mulai dari kehidupan pribadi ataupun kehidupan bermasyarakat.
Supaya lebih memaknainya, puisi di bawah ini bisa kamu resapi.
-
Musium Perjuangan
karya: KuntowijoyoSusunan batu yang bulat bentuknya
Berdiri kukuh menjaga senapan tua
Peluru menggeletak di atas meja
Menanti putusan pengunjungnya.Aku tahu sudah, di dalamnya
Tersimpan darah dan air mata kekasih
Aku tahu sudah, di bawahnya
Terkubur kenangan dan impian
Aku tahu sudah, suatu kali
Ibu-ibu direnggut cintanya
Dan tak pernah kembaliBukalah tutupnya
Senapan akan kembali berbunyi
Meneriakkan semboyan
Merdeka atau Mati.Ingatlah, sesudah sebuah perang
Selalu pertempuran yang baru
Melawan dirimu. -
Pemuda Pahlawan
Karya : Riky FernandesGelagat keharuan tercium bagai bangkai kecoa yang mulai hancur
Waktumu tidak banyak di atas fana
Rapatkan jari-jemarimu agar sampai menuju menara
Bulatkan tekadmu untuk melawan arus kebencian setiap manusia-manusia itu
Kukuhkan dua kakimu sampai ke kepala
Tarik tali pelontar kain merah putihmu
Usah kau sujud di atas tanah itu
Tancapkan saja tiang semangatmu setinggi mungkin
Senyummu kian memanis dengan topi jerami berwarna gelap
Dan saat itulah kau akan tahu betapa sulitnya hidup
Dengan hias keringat tanpa peduli hari telah mencapai senja - Surabaya
Karya: Mustofa Bisri
Jangan anggap mereka kalap
jika mereka terjang senjata sekutu lengkap
Jangan dikira mereka nekat
Karena mereka cuma berbekal semangat
Melawan seteru yang hebat
Jangan sepelekan senjata di tangan mereka
Atau lengan yang mirip kerangka
Tengoklah baja di dada mereka
Jangan remehkan sesobek kain di kepala
Tengoklah merah putih yang berkibar
Di hati mereka
Dan dengar pekik mereka
Allahu Akbar!Dengarlah pekik mereka
Allahu Akbar!
Gaungnya menggelegar
Mengoyak langit
Surabaya yang murka
Allahu Akbar
Menggetarkan setiap yang mendengar
Semua pun jadi kecil
Semua pun tinggal seupil
Semua menggigilSurabaya,
O, kota keberania
O, kota kebanggaan
Mana sorak-sorai takbirmu
Yang membakar nyali kezaliman?
Mana pekik merdekamu
Yang menggeletarkan ketidakadilan?
Mana arek-arekmu yang siap
Menjadi tumbal kemerdekaan
Dan harga diri
Menjaga ibu pertiwi
Dan anak-anak negeri
Ataukah kini semuanya ikut terbuai
Lagu-lagu satu nada
Demi menjaga
Keselamatan dan kepuasan
Diri sendiriAllahu Akbar!
Dulu Arek-arek Surabaya
Tak ingin menyetrika Amerika
Melinggis Inggris
Menggada Belanda
Murka pada Gurka
Mereka hanya tak suka
Kezaliman yang angkuh mereja-lela
Mengotori persada.
Mereka harus melawan
Meski nyawa yang menjadi taruhan
Karena mereka memang pahlawanSurabaya
Di manakah kau sembunyikan
Pahlawanku?
5. Puisi tentang pahlawan yang gugur
Terakhir, ada banyak para pahlawan yang gugur di medan peperangan. Oleh karena itu, puisi Hari Pahlawan ini menjadi pengingat bahwa mereka gugur dengan terhormat karena berjuang mempertahankan bangsa Indonesia.
Berikut puisi dari beberapa penyair yang dipersembahkan untuk para pahlawan yang telah gugur.
-
Gugur
karya: W.S. RendraIa merangkak
Di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
Pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanyaIa merangkak
Di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
Luka-luka di badannyaBagai harimau tua
Susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
Menatap musuh pergi dari kotanyaSesudah pertempuran yang gemilang itu
Lima pemuda mengangkatnya
Di antaranya anaknya
Ia menolak
Dan tetap merangkak
Menuju kota kesayangannyaIa merangkak
Di atas bumi yang dicintainya
Belum lagi selusin tindak
Maut pun menghadangnyaKetika anaknya memegang tangannya
Ia berkata:
”Yang berasal dari tanah
Kembali rebah pada tanah
Dan aku pun berasal dari tanah
Tanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah
Kerna kita punya bumi kecintaan
Bumi yang menyusui kita
Dengan mata airnya
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah
Bumi kita adalah kehormatan
Bumi kita adalah juwa dari jiwa
Ia adalah bumi nenek moyang
Ia adalah bumi waris yang sekarang
Ia adalah bumi waris yang akan datang”Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota AmbarawaOrang tua itu kembali berkata:
“Lihatlah, hari telah fajar!
Wahai bumi yang indah
kita akan berpelukan buat selama-lamanya!
Nanti sekali waktu
Seorang cucuku
Akan menacapkan bajak
Di bumi tempatku berkubur
Kemudian akan ditanamnya benih
Dan tumbuh dengan suburMaka ia pun berkata :
“Alangkah gemburnya tanah di sini!”Hari pun lengkap malam
Ketika menutup matanya -
Sebuah Jaket Berlumur Darah
Karya: Taufik ismailSebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahunSebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur bajaAkan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiangPesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan! -
Karawang Bekasi
Karya: Chairil AnwarKami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan mendegap hati?Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kamiKami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawaKami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakanAtau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan,
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkataKami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetakKenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung SyahrirKami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impianKenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
Itulah 15 puisi Hari Pahlawan yang bisa kamu baca dan resapi maknanya. Dengan puisi di atas, kita bisa mengenang kembali perjuangan para pahlawan yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk membela bangsanya.
Selamat Hari Pahlawan tahun 2024!