Pertumbuhan bisnis yang kian beragam, melahirkan berbagai pemain-pemain baru yang patut diperhitungkan. Para millennial! Mereka muncul, mendominasi, berusaha menaklukan gunung dan pastinya yang terpenting memiliki noble action untuk memberikan solusi bagi banyak orang. Dalam issue terbaru #IAMREAL kali ini, Popbela tertarik mengangkat 8 sosok millennial yang berhasil membawa angin segar dari tiap-tiap industri. Salah satunya Merrie Elizabeth, pendiri dari QUO STUDIO yang dulunya adalah BloBar Salon.
Dikesempatan ini, Merrie Elizabeth akan memberikan sedikit wejangan singkat tentang kunci sukses menjadi millennial entrepreneur. Perempuan asal Malang ini sejatinya memulai semuanya dari bawah. Kilas balik ke belakang, ia adalah anak rantau, merangkak dengan modal patungan, sempat gagal, hingga re-branding dan berhasil bertahan sampai hari ini.
Skill, ambisi sehat, dan arti sesungguhnya menjadi millennial entrepreneur, ia jelaskan dengan praktis di bawah ini. Buat kamu yang masih penasaran apa bisa menjadi seorang entrepreneur, atau mau bisnis yang seperti apa, langkah pertama memang harus memulainya. Tapi jangan tergesa-gesa dulu, ambil buku catatan kamu, dan pahami tips langsung dari Merrie Elizabeth ini.
1. Tetap realistis
"Bisnis pertama saya bukan salon. Tapi setelah bertemu partner yang serius mau kerja bareng, kita cukup pede untuk memulainya. Adanya partner sendiri adalah untuk membantu memilah bisnis apa yang diminati dan tahu garis besarnya harus ngapain. Sedikit cerita, dulunya memang ibu saya punya salon, tapi itu sudah lama sekali. Hingga akhirnya tutup karena harus mengurus anak dan memang manajemen ala kadarnya. Tapi kenapa dalam kasus ini saya memilih bisnis salon? Menurut saya kebutuhan wanita dalam dunia salon itu tidak akan pernah mati, mereka akan tetap datang ke salon untuk memanjakan diri karena pada hakikatnya siapapun ingin tampil oke dan cantik. Cewek dan cowok. Yang harus diingat adalah terkadang jangan mengikuti apa yang kamu mau, karena belum tentu itu yang dibutuhkan orang lain. Harus realistis melihat pasar juga."
2. Jangan langsung banting setir
"Kalaupun memang mau banting setir nih menjadi entrepreneur, jangan ekstrim, jangan hanya karena didorong rasa gue enggak happy, gue bete sama temen kerja, sama supervisor gue. Enggak bisa gitu," Jelas Merrie. "Jadi entrepreneur harus yakin kita bisa memberikan value terhadap bisnis yang kita hidupi, terhadap karyawan yang ikut sama kita, terhadap customer yang akan membeli barang kita. Jangan hanya karena gue suka, karena gue pengen aja, karena gue bosen kerja 9 to 5. Harus ada passion dan niat memberikan nilai lebih sih. Dan juga, siapkan budget dulu. Karena dalam tiga bulan atau setahun pertama belum tentu bisa stabil. Ada up and down-nya. Siapkan budget cadangan aja."
3. Ambisius yang sehat
"Saya lebih suka menyebut dengan driven," kata Merrie. "Ambisius rasanya terdengar seperti menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Saya ganti katanya lebih ke driven. Driven itu adalah kita melihat goals, dan kita fokus ke sana. Bagaimana caranya mencapai goals hingga kalau kita enggak mencapai goals, kita refleksi sekaligus introspeksi juga. Yang bikin semangat kita loyo kadang adalah rasa nyaman. Hobi menunda. Dan perasaan yang belum siap untuk berkorban. Karena saat sudah jadi entrepreneur kita harus siap capek. Soalnya kalau enggak begitu, kita akan jauh dari tujuan utama. Unfortunetly, there’s no elevator to success. You have to take the stairs."
4. Cewek juga bisa jadi entrepreneur
"Jadi cewek sekaligus entrepreneur memang masih susah diterima beberapa orang. Karena ternyata masyarakat Indonesia stigmanya masih melihat cewek itu harus jadi ibu rumah tangga. Urusan kerja itu yang kedua, ketiga, bahkan kesekian. Saya agak kurang setuju nih dengan opini itu karena apa salahnya untuk cewek itu jadi mandiri, punya penghasilan sendiri, syukur-syukur bisa menghidupi keluarga, bisa memberikan manfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Pesan saya: Enggak perlulah kita merasa insecure, atau pun takut dicap jadi cewek kok ambisius banget. Karena opini mereka itu tidak membayar bill kamu lho. Yang penting gini aja, sebagai cewek kita harus tahu prioritas mana yang harus didahulukan."
5. Millennial entrepreneur
"Jadi millennial entrepreneur bukan untuk show off!" kata Merrie. "Memang kata millennial entrepreneur lagi trending. Seakan-akan keren kalo kita bisa buka usaha sendiri, jadi bos untuk diri sendiri, punya brand sendiri, bangga banget kalo bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru. Itu enggak salah. Tapi siap kalau kena sport jantung? Menurut saya, kamu harus mengenal dirimu itu sejatinya lebih berat kemana, logika atau kuat dalam sisi kreatif. Jadi profesional seperti karyawan memang saya lihat pekerjaannya sangat rapi, sangat teratur, well scheduled, well managed. Nah, sedangkan untuk entrepreneur saya rasa cocok untuk orang-orang yang memang menyukai tantangan, menyukai ketidakpastian, mampu bertahan dengan up and down, alias jantungnya kuat. Dan mereka ini adalah orang-orang yang kuat dari sisi kreatifnya ketimbang logikanya. Tapi tetap pada akhirnya, tergantung panggilan dan nyaman kamu dimana. Mati di pantai atau mati di kantor seperti kata Jack Ma."
6. Soal re-branding
"Saya sendiri mengalami perihal re-branding, dari BloBar menjadi QUO STUDIO," jelas Merrie. "Pertama kali tentunya kita wajib memutuskan perlukah melakukan re-branding? Lalu tentukan visi dan misinya. Biasanya ada dua cara, kita re-branding atau menciptakan brand baru? Dan yang harus diingat, re-branding dilakukan asal tidak dadakan. Setidaknya dicicil satu tahun sebelumnya. Jadi konsumen pun tahu soal perubahannya apa dan seterusnya. Jangan lupa harus bikin marcomm message dari nol lagi. Dari videonya hingga re-branding juga dalam bentuk artefak fisik seperti properti ada yang perlu diubah. Itu penting!"
Photo credit:
Photographer: Andre Wiredja
Makeup & Hair: Engelina Inez
Stylist: Wilsen Willim
Fashion Editor: Michael Richards
Wardrobe & Accessories: Tangan, Wilsen Willim, RACCOONANDBABIES
Location: Alska