Kalau kamu pernah mendengar istilah bahwa kita sekarang mengalami krisis empati, mungkin istilah tersebut nggak sepenuhnya salah. Berita, video di media sosial, bahkan kejadian di sekeliling kita telah mendukung pemikiran tersebut. Contohnya, ketika kecelakaan, perkelahian, pelecehan, pembunuhan atau hal buruk terjadi pada orang lain, apakah semua orang di sekitarnya langsung menolongnya? Popbela.com yakin bahwa hanya sebagian kecil yang langsung bereaksi, atau bahkan menunggu satu orang untuk berinisiatif menolong si korban. Fenomena ‘anti-empati’ itu disebut dengan bystander effect.
1. Sikap tak acuh secara massal
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa seseorang akan sukarela menolong jika dia adalah satu-satunya saksi mata kejadian tersebut. Bahkan, semakin kecil jumlah saksi mata, maka semakin besar kemungkinan mereka menunjukkan reaksi untuk menolong orang lain. Dengan kata lain, kejadian yang disaksikan oleh banyak orang bisa saja nggak mendapat pertolongan cepat karena banyak saksi mata.
2. Saling menunggu untuk berbuat sesuatu
Bystander effect terjadi karena seorang saksi mata berharap orang lain akan bereaksi. Sedangkan saksi mata lain punya pikiran yang sama, sehingga semuanya saling menunggu siapa yang akan bereaksi lebih dulu. Ironisnya, sebagian besar saksi mata tahu bahwa kejadian yang ada di depan mata mereka bersifat darurat dan segera membutuhkan pertolongan.
3. Berbagi tanggung jawab yang ambigu
Seorang saksi mata merasa 100% bertanggung jawab untuk menolong jika hanya dia yang menyaksikannya. Tapi ketika kejadian itu disaksikan 5 atau 10 orang, maka setiap orang merasa bertanggung jawab sebesar 20% bahkan 10% untuk memberi pertolongan. Semakin banyak orang yang melihat maka rasa tanggung jawab semakin menipis dan hilang. Maka dari itu, banyak orang yang bersikap tak acuh ketika menyaksikan kecelakaan lalu lintas.
4. Nggak sadar tentang apa yang mereka saksikan
Sebagian saksi mata merasa kaget dan bingung ketika kejadian tersebut terjadi di depannya. Mereka berusaha mencerna tentang kejadian yang terjadi secara tiba-tiba tersebut, apakah itu kejadian yang membutuhkan pertolongan atau nggak. Misal ketika melihat anak kecil di kolam renang, kita cenderung ragu apakah gerakan tangannya menandakan dia akan tenggelam atau hanya bermain dan menyipratkan air. Sayangnya, mereka baru sadar bahwa apa yang mereka saksikan memerlukan tindakan cepat ketika korban sudah dalam kondisi parah.
5. Malu untuk berbuat lebih dulu
Sebagian lagi memiliki kesadaran penuh bahwa harus ada tindakan cepat untuk kejadian itu. Namun dia merasa malu untuk menjadi pelopor kebaikan, malu dilihat orang lain, dan sebagainya. Maka dari itu, seorang saksi mata ‘berkaca’ dulu dengan mengamati reaksi orang lain, apakah mereka berpikir serupa atau nggak. Bahkan, kini banyak orang yang berpikir bahwa menjadi pelopor sama dengan ikut campur urusan orang lain, diikuti rasa takut bahwa mereka akan terlibat di masalah tersebut (misal perkelahian atau pelecehan).
6. Bystander effect telah terjadi sejak puluhan tahun lalu
Fenomena menyedihkan ini nyatanya sudah terjadi sejak lama. Pada tahun 1964, seorang perempuan pernah diperkosa dan dibunuh di depan apartemennya ketika banyak orang yang melihat. Tahun 1988, seorang perempuan diperkosa di atas meja bar ketika sedang banyak pengunjung. Rata-rata, mereka ‘gagal’ menghubungi polisi karena terpaku dan diam pada apa yang terjadi. Bahkan, berusaha menghentikan aksi pelaku pun mereka nggak berani.
7. Apa yang harus dilakukan
Ketika kamu menjadi saksi mata, ikutilah kata hati dan segera bertindak. Mungkin kamu akan malu di depan orang lain selama beberapa menit awal, tapi kamu bisa menyelamatkan seseorang. Ketika kamu berada di posisi korban, berilah sinyal yang jelas kalau kamu membutuhkan pertolongan. Di luar negeri, peneliti menyarankan korban untuk berteriak “api” dibanding “tolong”, karena kata “tolong” belum tentu dilontarkan pada saat darurat. Sayangnya, berteriak “api” tanpa adanya api juga melanggar hukum.
Ketika sesuatu terjadi di depan mata, tindakan apa yang biasanya kamu ambil?
BACA JUGA: Sudah Tahu Belum, 5 Artis Ini Mendapat Penghargaan Berkat Jiwa Sosial Mereka