Semakin berkembangnya popularitas drama Korea, patut dilihat tidak hanya dari dukungan pemerintah Korea Selatan terhadap dunia hiburan, namun juga dari kualitas cerita dan produksi yang semakin mumpuni. Coba kamu perhatikan, apakah kamu sadar bahwa alur cerita dalam drama Korea kerap menyiratkan pesan tertentu mengenai kehidupan?
Bahkan, tahukah kamu? Mayoritas judul drama Korea secara tersirat menghadirkan beberapa kritik kehidupan yang berhubungan dengan rangkaian isu sosial global maupun nasional. Kira-kira kritik apa saja ya, yang dilayangkan melalui drama Korea?
Untuk mengetahuinya, Popbela merangkum lima kritik kehidupan dari K-drama di bawah ini. Mulai Penthouse hingga Sky Castle, here they are!
1. The Penthouse S1 (2020): privilege kaum 1%
IMDb: 8/10 | Pemain: Lee Ji Ah, Kim So Yeon, Eugene
Dengan rating tinggi hingga 28,8%, The Penthouse: War in Life (2020) sekuel pertama mengangkat polemik persaingan hidup kalangan kelas atas yang dipenuhi berbagai intrik dan twist. Khususnya hak istimewa atau privilege yang mampu menekan kalangan bawah.
Spesifiknya, isu tersebut ditekankan melalui gambaran bahwa kekuasaan dan kekayaan memberi peluang meraih tujuan yang lebih lebar. Entah dengan menghalalkan segala cara, atau secara otomatis memperoleh jalur keberhasilan berkat status sosial yang lebih tinggi.
Keadaan saat ini: Privilage sendiri merupakan hak istimewa sosial atau hak khusus, yang digunakan untuk keuntungan sendiri yang bisa saja merugikan orang lain. Kelompok-kelompok ini dapat diuntungkan berdasarkan kelas sosial, usia, tinggi badan, IQ, kecacatan, kategori suku atau ras, jenis kelamin, identitas gender, orientasi seksual, hingga agama.
Jika secara penjelasan saja kamu merasa relate dengan situasi kamu saat ini, bukankah berarti hal ini memang nyata?
2. Sky Castle (2018): ekspetasi orangtua kepada anak
IMDb: 8,7/10 | Pemain: Yoon Se Ah, Kim Seo Hyung, Yum Jung Ah
Tercatat sebagai salah satu drama Korea yang meraih rating tertinggi, Sky Castle (2018) mengisahkan tuntutan orangtua kepada anak yang berkisar pada dunia pendidikan. Tepatnya ekspetasi terhadap nilai hingga tujuan Universitas dan jurusan yang harus diraih.
Atas dasar itulah, para orangtua digambarkan kerap memberi dukungan yang berlebihan. Seperti mendaftarkan anak-anak ke dalam sistem kursus tambahan hingga mendorong rutinitas belajar dan terus belajar. Akibatnya, permasalahan mental anak pun dikorbankan.
Keadaan saat ini: Pendidikan masih dianggap sebagai salah satu faktor penting untuk seseorang mendapat pekerjaan, mampu berbisnis dan bertahan hidup hingga dewasa. Pasalnya, peluang karier di dunia pekerjaan cenderung mengutamakan seseorang dengan latar belakang pendidikan lebih tinggi.
Namun berbeda dengan generasi millennial saat ini. Selain latar belakang nilai, Universitas dan jurusan, perusahaan modern juga memerhatikan pengalaman berorganisasi, bekerja, emotional intelligence, bahkan apa yang diunggah di media sosial pribadi. Karena, diyakini bahwa seseorang yang memiliki nilai tinggi di jenjang pendidikannya, belum tentu sosok yang aktif dalam lingkungan sosial.
3. My ID is Gangnam Beauty (2018): standar kecantikan
IMDb: 7,5/10 | Pemain: Cha Eun Woo, Im Soo Hyang, Jo Woo Ri
Diadaptasi dari sebuah webtoon berjudul sama, My ID is Gangnam Beauty (2018) memperkenalkan seorang tokoh karakter perempuan yang melakukan operasi plastik. Alhasil, penampilan fisiknya yang semula kurang menarik pun berubah menjadi sempurna.
Namun, perlu diketahui bahwa keputusan tersebut diambil atas dasar tindakan bullying yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungan sosialnya. Mulai dari mempermainkan penampilan fisik yang dianggap tidak menarik hingga melontarkan ejekan yang tajam.
Keadaan saat ini: Perkembangan zaman memang selalu bersifat melakukan perubahan positif dari kesalahan masa lalu. Terbukti dari beragam produk kecantikan yang mulai merobohkan anggapan negatif terkait perbedaan warna kulit, ciri fisik tertentu, dan lainnya.
Namun, melihat permasalahan langsung di 'lapangan sosial', kesadaran dan toleransi untuk menghargai satu sama lain sayangnya masih perlu dibenahi. Sebut saja kecenderungan orang-orang yang masih melakukan candaan terkait body shaming dan sejenisnya.
Bukan sekadar berbicara pada tahap ekstrim yang serius, kamu pasti cukup terganggu jika orang-orang terus menanyakan, "kok gemukan, nggak diet?" atau "kurus banget, nggak makan?". Bahkan, it's honestly not your business to judge about plastic surgery, setuju?
4. My Mister (2018): dunia pekerjaan
IMDb: 9,1/10 | Pemain: IU, Lee Sun Gyun, Lee Ji Ah
Merebut banyak penghargaan termasuk Daesang Awards, My Mister (2018) mengisahkan kehidupan seorang perempuan muda dengan beragam jenis pekerjaan untuk menghidupi nenek dan adiknya. Termasuk sebagai pegawai tidak tetap di perusahaan kenamaan Korea.
Tentu, siapa yang akan menaruh hati dan perhatian kepada pegawai tidak tetap sepertinya, bukan? Namun, siapa sangka, seorang karyawan senior cukup berbaik hati untuk terus membantunya hingga menghasilkan perubahan positif bagi kehidupan perempuan itu.
Keadaan saat ini: Dunia pekerjaan tentu saja memberi tantangan tersendiri bagi seseorang. Terbukti dari beragam isu yang masih ditemukan, seperti beban pekerjaan yang berlebihan hingga masih adanya senioritas yang bisa mengarah ke aksi bullying.
Meski begitu, perubahan positif telah dilakukan oleh beberapa perusahaan, seperti Kakao di Korea Selatan yang sukses meraih peringkat pertama untuk kategori perusahaan paling diincar pencari kerja di Korea, sebagaimana melansir dari acara All the Butlers (2021).
Spesifiknya, perusahaan tersebut diketahui membangun positive culture dengan pencabutan gap atau senioritas antar karyawan yang berbeda kedudukan. Sehingga para karyawan pun terdorong untuk saling membantu dan menghargai satu sama lain.
5. The World of Married (2020): kehidupan bertetangga
IMDb: 8,1/10 | Pemain: Kim Hee Ae, Han So Hee, Park Hae Joon
Sebagaimana judulnya, The World of the Married (2020) mengisahkan lika-liku kehidupan pernikahan yang tidak jauh dari kisruh perselingkuhan dan hubungan retak antara orangtua dan anak. Namun, kehidupan bertetangga menjadi topik yang turut dikritik secara tersirat.
Spesifiknya, isu tersebut terlihat dari kecenderungan para tetangga yang suka berbicara mengenai permasalahan rumah tangga orang lain. Begitu juga sikap memihak pada orang yang memiliki posisi menguntungkan. Terlepas dari tindakan benar atau salah.
Keadaan saat ini: Bagaimana pun juga, semua orang memiliki kecenderungan untuk bergosip atau membicarakan kehidupan privasi orang lain. Khususnya dalam kehidupan bertetangga yang kerap menjadi target penilain stereotip terhadap isu tersebut.
Ketika ada kecenderungan memihak, perlu dipertanyakan apakah karena untuk memperoleh sebuah keuntungan di kemudian hari atau tidak.
Jadi, apakah kamu setuju dengan kritik sosial yang dipertontonkan melalui drama Korea?