Perkembangan zaman tidak menghilangkan jejak sejarah di berbagai daerah, termasuk Peru. Baru-baru ini, sekelompok arkeolog dari Pontifical Catholic University of Peru menemukan reruntuhan kuil berusia sekitar 4.000 tahun yang terkubur di bukit pasir di Peru bagian utara.
Luis Muro, pimpinan ahli dari tim arkeolog, bersama timnya pun melakukan serangkaian penelitian dari temuan arkeolog terbaru ini. Hasilnya menguak beberapa fakta sejarah yang mencengangkan, termasuk fungsi kuil dan beberapa objek bercorak mitologi di dalamnya.
Jadi apa fungsi dan isi dari kuil ini? Mari kita sama-sama menjelajahi temuan kuil berusia 4.000 tahun tersebut.
Fungsi kuil
Berdasarkan hasil penelitian, tim yang dipimpin oleh Luis Muro menemukan bahwa reruntuhan kuil di distrik Zana, wilayah gurun pasir di Lambayeque, sebelah utara ibu kota Peru, Lima, menunjukkan bahwa tempat ini dulunya merupakan lokasi ritual keagamaan.
"Meskipun penanggalan radiokarbon akan memberikan usia yang tepat, struktur yang ditemukan di Peru utara tampaknya adalah sebuah kuil seremonial yang berusia 4.000 tahun. Penemuan ini mendukung bukti bahwa ada tradisi pembangunan kuil yang kaya di pantai utara Peru pada masa itu," ungkap Luis Muro, sebagaimana mengutip dari wionews.com (07/07/2024).
Dugaan mengenai fungsi kuil ini bukan sekadar asumsi tanpa dasar, melainkan berdasarkan beberapa bukti dari temuan-temuan di dalamnya, seperti sisa-sisa kerangka manusia, gambar relief bercorak sosok mitologi, dan lokasi area yang memperkuat dugaan hasil temuan.
1. Sisa kerangka manusia
Luis Muro menjelaskan bahwa sisa-sisa kerangka manusia ditemukan di sekitar reruntuhan kuil yang ditemukan oleh tim arkeolognya di Peru. Berdasarkan penelitian lebih lanjut, sisa-sisa kerangka manusia tersebut berkaitan dengan praktik keagamaan pada masa itu.
Praktik keagamaan yang dimaksud adalah kegiatan mempersembahkan manusia dalam suatu ritual keagamaan, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters.
Spesifiknya, sisa-sisa kerangka tersebut adalah tiga orang dewasa dan semuanya ditemukan di antara dinding dan dasar bangunan yang dulunya merupakan bangunan bertingkat. Salah satunya disertai dengan persembahan dan diduga dibungkus dengan linen atau pakaian.
2. Sosok mitologi
Menurut Luis Muro, desain bangunan reruntuhan kuil yang ditemukannya di Peru ini diyakini sudah ada jauh sebelum budaya Chavin pra-Hispanik berkembang di pantai tengah Peru selama lebih dari 500 tahun, dimulai sekitar tahun 900 SM.
Dengan desain tersebut, para arkeolog menemukan salah satu dinding kuil dengan suatu gambar relief yang tinggi berupa sosok mitologi bertubuh manusia dan berkepala burung. Temuan ini memperkuat dugaan penelitian mengenai fungsi kuil sebagai ritual keagamaan.
3. Kompleks ritual
Ditemukan di Peru bagian utara, lokasi temuan reruntuhan kuil ini ternyata merupakan kawasan di mana banyak kompleks ritual berusia ribuan tahun telah ditemukan. Salah satunya adalah Kota Suci Caral, tempat peradaban tertua di Amerika berusia 5.000 tahun.
Tidak heran, Luis Muro dan tim arkeolognya juga menemukan sisa-sisa kuil dalam penggalian lain di dekatnya. Dijelaskan lebih lanjut bahwa sisa-sisa kuil ini merupakan peninggalan dari budaya Morche akhir yang muncul sekitar 1.400 tahun yang lalu di sepanjang pantai utara Peru.
Dengan demikian, jejak sejarah mengenai kehidupan manusia di masa lalu terungkap. Meskipun cukup menyeramkan karena ditemukan sisa-sisa kerangka manusia sebagai bagian dari ritual keagamaan, sejarah tetap mengajarkan hal-hal yang patut diperbaiki, setuju?