Hari Kemerdekaan Indonesia adalah momentum bersejarah yang menyatukan seluruh rakyat dan para tokoh pejuang kemerdekaan dalam perjuangan merebut kembali kedaulatan Tanah Air dari tangan penjajah, menjadikan Indonesia sebagai negara yang resmi merdeka.
Saat itu, semua lapisan masyarakat dari Sabang hingga Merauke sama-sama bersemangat untuk merebut kemerdekaan Indonesia. Dengan semangat itu, mereka juga turut dibantu oleh beberapa orang asing yang memihak kepada tujuan kemerdekaan Indonesia.
Ingin tahu siapa saja tokoh-tokoh asing yang turut berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia? Dan, alasan apa yang mendorong mereka untuk memihak Indonesia saat itu?
1. Laksamana Maeda
Kelahiran Kagoshima pada 3 Maret 1889, Laksamana Maeda adalah seorang perwira tinggi Angkatan Laut Jepang di Hindia Belanda. Dengan posisi tersebut, Laksamana Maeda tetap memiliki pendirian yang condong memihak dan mendukung kemerdekaan Indonesia.
Hal ini terbukti ketika Laksamana Maeda mempersilakan rumahnya, yang berada di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta Pusat, untuk dijadikan sebagai tempat perumusan naskah Proklamasi dalam momentum Kemerdekaan Indonesia yang sangat penting.
Kini, rumah Laksamana Maeda tersebut telah resmi menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi, yang menjadi saksi bisu dan rekap sejarah perjuangan Kemerdekaan Indonesia.
2. Yang Chil-seong
Berasal dari Korea, Yang Chil-seon adalah pria kelahiran 29 Mei 1919 yang awalnya dipekerjakan oleh Jepang saat negara penjajah tersebut menguasai Indonesia pada 1942-1945. Namun, pengalaman tersebut justru membawanya pada kecintaan terhadap Indonesia.
Melansir dari CNN Indonesia, Yang Chil-seon, yang kemudian dikenal dengan nama Indonesia, Komarudin, memutuskan untuk tetap tinggal di Indonesia, mengganti namanya, dan masuk agama Islam saat Indonesia mulai memasuki periode pasca-kemerdekaan.
Sementara dalam perjuangan melawan agresi militer Belanda, Yang Chil-seon bergabung dengan pejuang Pasukan Pangeran Papak di Garut dan berhasil membuat Belanda kerepotan. Sayangnya, ia tertangkap dan dijatuhi hukuman mati pada 1949.
3. Ichiki Tatsuo
Nama Ichiki Tatsuo adalah salah satu dari sekian banyak orang Jepang yang membelot dan mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam aksinya tersebut, Ichiki Tatsuo sempat menjabati sebauh posisi penting, termasuk Wakil Komando Pasukan Gerilya Istimewa di Jawa Timur.
Sayangnya, perjuangan Ichiki Tatsuo harus terhenti akibat gugur saat bertempur melawan pasukan Belanda di Desa Dampit, Malang, pada 9 Januari 1949. Sebagai bentuk apresiasi, Presiden Soekarno pun memberikansebuah teks yang ditujukan untuk memperingati jasanya.
4. Shigeru Ono
Sebagai pria kelahiran Hokkaido pada 26 September 1919 dan warga negara Jepang, Shigeru Ono memiliki pendirian yang berbeda dengan kebanyakan orang Jepang pada masanya. Ia memutuskan untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia secara penuh.
Dukungan tersebut tidak hanya berupa kata-kata, tetapi dibuktikannya melalui kontribusi nyata dengan ikut berperang bersama para sukarelawan Jepang lainnya yang mendukung Indonesia dalam perang kemerdekaan yang berlangsung pada periode 1945-1949.
Shigeru Ono, yang dikenal dengan nama Indonesia Rahmat, kemudian menikahi seorang perempuan pribumi bernama Darkasih. Hingga akhir hayatnya, Shigeru Ono menetap di Kota Batu, Jawa Timur, menjalani sisa hidupnya dengan penuh cinta kepada Indonesia.
5. Douwes Dekker (Multatuli)
Datang ke Indonesia pada 1839, Eduard Douwes Dekker bekerja sebagai pegawai di Kantor Pengawasan Keuangan Batavia, sebelum akhirnya berpindah tempat pekerjaan beberapa kali. Namun, reputasinya mulai dikenal luas melalui tulisannya dalam buku Max Havelaar (1860).
Dalam buku tersebut, Douwes Dekker secara detail menggambarkan kekejaman kolonial Belanda dengan menyertakan bukti-bukti pendukung. Dengan begitu, buku ini secara lantang mengungkapkan kepada dunia mengenai kondisi Indonesia di bawah penjajahan Belanda
Pesan yang dapat diambil oleh para pembaca adalah bahwa sistem kolonialisme sungguh keterlaluan. Di satu sisi, para pembaca juga dapat memahami gambaran semangat para pejuang Indonesia yang pantang menyerah dalam merebut kemerdekaan Tanah Air.
6. Dmitry Manuilsky
Permasalahan antara Indonesia dan Belanda terus berlanjut sehingga mendorong Perdana Menteri Indonesia Sutan Sjahrir untuk mengambil tindakan solutif. Dalam hal ini, Sjahrir mengirimkan surat kepada PBB agar masalah Indonesia dibahas oleh Dewan Keamanan PBB.
TIndakan tersebut mengundang utusan Ukraina untuk PBB bernama Dmitry Mnuilsky untuk mengusulkan permintaan Sutan Sjahrir tersebut. Mnuilsky juga terus berusaha dan bahkan bersikukuh untuk meyakinkan dunia bahwa Indonesia berada dalam keadaan bahaya.
Berkat kontribusinya tersebut, sengketa antara Indonesia dan Belanda berhasil menjadi sengketa internasional. Tentu saja, hal ini turut membantu upaya Indonesia dalam meraih kemerdekaan, khususnya kebebasan dari segala permasalahan dengan Belanda.
6. Muriel Stuart Walker (K’tut Tantri)
Dikenal juga dengan nama K’tut Tantri, perempuan berkebangsaan Skotlandia bernama Muriel Stuart Walker mengambil peran sebagai penyiar Radio Barisan Pemberontakan Indonesia, yang stasiun radionya berada di Surabaya dan dipimpin oleh Bung Tomo.
Dalam perannya tersebut, Muriel Stuart Walker atau K’tut Tantri, sempat menyampaikan pidato Bung Tomo dalam bahasa Inggris dan juga menyiarkan jalannya peperangan yang terjadi di Indonesia ke seluruh negara di Benua Eropa sehingga menarik perhatian dunia.
Dari situlah, perjuangan Indonesia untuk merebut kemerdekaan, khususnya perjuangan rakyat Surabaya, mulai mendapat simpati dari berbagai pihak. Hal ini sangat berarti karena penting untuk mendapatkan dukungan dunia yang dapat mendesak pihak penjajah.
Dengan demikian, kita pun dapat belajar bahwa kemerdekaan Indonesia bukanlah hasil perjuangan satu orang, melainkan upaya persatuan bangsa yang melibatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk orang-orang asing yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.