Bagi pecinta fashion, nama Aurelia Santoso mungkin sudah tak asing lagi dan kiprahnya sebagai desainer memang tak perlu diragukan lagi. Koleksi yang diciptakan bersama dengan teman-temannya dulu, yaitu Laison bahkan sempat tampil di pagelaran busana New York Fashion Week.
Dibalik kesuksesannya tersebut, nggak banyak yang tahu momen 'jatuh bangun' Aurelia saat berprofesi sebagai desainer. Terutama saat ia harus merelakan brand kesayangannya tersebut ditutup.
Secara eksklusif bersama Popbela, Aurelia berbagi cerita dan pengalamannya bangkit dari kegagalan dan membangun ulang brand miliknya sendiri saat ini, yaitu Orél.
1. Berawal dari kecintaannya terhadap seni
"Sebenarnya, dari muda memang udah suka sama art, suka gambar, yang dari simpel-simpel itu. Tapi, pas ngambil keputusan untuk jadi desainer itu waktu kuliah. Pertama-tama memang masih bingung juga mau desain apa. Awalnya kalo nggak jadi ambil fine art, pengen jadi desainer baju. Akhirnya, aku putusin untuk jadi desainer baju."
2. Ingin mendirikan brand lokal dengan standar Internasional
"Aku mendirikan brand baju, di tahun 2014. Waktu itu, pas aku balik dari kuliah setelah lulus dan selesai kerja lalu aku balik ke Indonesia. Brand pertama yang aku dirikan adalah Laison.
Sepertinya, pada saat itu masih belum terlalu banyak (desainer lokal) yang serius. Jadi waktu itu mikirnya, "Okay, kayaknya bisa nih.. kita bikin brand lokal yang bagus dan standarnya nggak kalah dari brand internasional.""
3. Fokus pada kemampuan diri sendiri
Saat dihadapkan dengan kenyataan untuk melepaskan brand pertama yang didirikannya, Aurelia mengaku memang sempat merasa emosional. Namun, ia menyampaikan jika hal itu bukan jadi halangan bagi dirinya untuk berhenti berkarya.
"Semua orang yang kerja atau punya usaha sendiri pernah mengalami titik terendah. Tapi harus fokus aja pada kemampuannya dan dikembangkan. Waktu Laison tutup juga, lumayan susah buat aku secara emosional. Soalnya, udah kayak anak sendiri. Tapi, bahkan sebelum ada Laison, karena passion aku udah di situ ( desain baju), jadi kenapa aku harus stop."
4. Orél adalah jawaban dari pencarian jati diri
Bangkit dari kegagalan sebelumnya, kini Aurelia mendirikan brand pakaiannya sendiri, yakni Orél. Aurelia menyampaikan jika brand ini berdiri berkat pencarian jati dirinya dan ingin menciptakan koleksi dengan dampak bermakna bagi sekitarnya.
"Sebenarnya, banyak pencarian jati diri juga (sekitar setengah tahun). Setelah tutup (Laison), aku banyak belajar, banyak ketemu sama penenun. Aku ingin cari tahu gimana sih caranya suatu brand yang mindful dan nggak terlalu damaging. Pokoknya, gimana caranya aku membuat sesuatu yang nggak cuma friendly untuk lingkungan dan orang-orang sekitar tetapi meaningful juga.
Karena kita tuh kain-kainnya bespoke dan eksklusif. Seperti ada satu kain yang kita buat itu bekerjasama dengan penenun-penenun dari Bali dan itu cuma kita yang punya kainnya. Dan satu lagi, tenun garut warna putih, tapi kainnya kita blend sendiri, 50% silk dan 50% tencel. Jadi konsepnya Orél sendiri, untuk memulai desain proses itu dari benangnya sendiri, karena kita percaya dasarnya untuk lebih friendly kepada lingkungan dan lebih membuat impact, kita harus benar-benar mindful dengan setiap step yang kita lakukan. "
5. Memiliki support system
Meski kini berhasil mendirikan kembali brand terbarunya, Aurelia juga menyampaikan bahwa banyak orang-orang sekitar yang mendukungnya hingga mencapai tahap ini.
"Orang-orang sekitar aku sih, teman-teman, keluarga, saudara dan mentor-mentor aku selama ini. Karena aku belajar banyak dari semuanya dan di masa susah atau senang, mereka semua ada gitu."
Photo Credit:
Photographer: Andre Wiredja
Makeup & Hair: Jilly Loren, Sari
Stylist: Wilsen Willim
Fashion Editor: Michael Richards
Asst. Stylist: Ranti Kusuma, Soraya Aini
Wardrobe & Accessories: Wilsen Willim, Orél , RACCOONANDBABIES
Location: NPM Studio