Memulai karirnya sejak 2006 silam saat usianya masih tergolong belia, tentu saja sudah banyak perubahan di diri Cinta Laura Kiehl. Tak hanya dikenal sebagai aktris, Cinta pun kini fokus dalam bermusik.
Bintang kelahiran 17 Agustus 1993 itu tak mau sekadar berkarir di dunia hiburan tanpa memikirkan pendidikan. Buktinya dia sempat vakum untuk serius menjalani pendidikannya di Universitas Columbia, New York, AS, dan berhasil lulus dengan predikat cum laude.
Kini Cinta mulai melebarkan sayapnya dengan berkarir di Indonesia dan dunia internasional. Seperti apa, sih, perjalanan Cinta hingga menjadi seperti sekarang? Simak wawancara Popbela dengan Cinta berikut ini.
Sempat trauma dengan dunia musik Indonesia
“Bisa dibilang 7 tahun aku berhenti dari dunia musik. Tahun 2012 itu terakhir aku rilis lagu. Aku trauma dengan dunia musik Indonesia, karena aku seperti dipaksa menyanyikan lagu-lagu yang nggak aku suka. Pokoknya aku benar-benar nggak bisa mengeksplor diri aku sendiri dan aku akhirnya stop singing,” kata Cinta.
Putri semata wayang pasangan Herdiana dan Michael Kiehl ini pun menyebut dirinya sekarang mengatur sendiri konsep musik yang dibuatnya.
“Hingga akhir tahun 2018 lalu, label aku offer aku lagi. Awalnya aku pikir, I don’t think so. Tapi mereka sekarang ngasih aku kebebasan. Akhirnnya Maret lalu aku terbang ke Swedia dan merekam empat lagu di sana, salah satunya “Vida”. Aku banyak kasih referensi musik ke produser di sana, aku juga ikut proses penulisan musik, sampai saat mixing aku juga turun tangan,” jelasnya lagi.
Terinspirasi berbagai genre musik
“Lagu terbaru aku bisa dibilang pop and I hope people like it. Kalau soal genre musik, aku sebenarnya suka beberapa genre musik, seperti Reggaeton, pop dari Africa, Nigeria, dan Ghana, juga musik-musik latin dari Brasil. Semua itu aku jadikan inspirasi. Lalu aku juga kerja bareng musisi EDM dari Swedia yang memasukkan vibe dan melodi untuk lagu “Vida”. This song is fun,” tambahnya.
Berani ambil risiko
Cinta mengaku tidak takut jika dikritik atau bahkan di-judge oleh pihak-pihak yang menganggap dirinya nggak konservatif.
“Menurutku, di bidang apa pun, mau musik, film, atau bisnis, kita harus berani ambil risiko. Kalo kita takut sama apa yang orang pikir, bagaimana mau maju. Jujur aku senang banget banyak film Indonesia yang menang di festival film luar negeri, karena banyak sutradara sekarang udah nggak takut bikin film yang beda. Mudah-mudahan di industri musik kita bisa begitu juga.”
Soal budaya kerja di Dalam Negeri vs. Luar Negeri
Dalam kesempatan ini, Cinta juga bicara tentang cara kerja di Indonesia dan di Amerika Serikat yang pernah dia alami. Cinta mengatakan, saat proses syuting di Indonesia, dia sering banget pulang pagi setelah sebelumnya bekerja dari pagi hari sebelumnya. Sementara di AS, dia mengaku hanya bekerja maksimal 12 jam sehari.
“Kalau kita break jam 8 malam, kita nggak boleh ditelpon lagi lewat jam 8 malam, karena aturannya kita harus istirahat 12 jam. I think it’s amazing, something great. Tapi aku bangga dengan industri film di Indonesia, kalau aku bandingkan dengan waktu syuting dulu dengan sekarang, beda banget, jelas banget improvement-nya. Aku optimis, cara kerjanya akan lebih baik lagi di near future dan regulasinya juga harus dikuatkan lagi. Misalnya kayak anak-anak syuting, seperti di Amerika, untuk balita nggak boleh lebih dari 3 jam,” ujar bintang film “Jeritan Malam” yang baru rilis Desember 2019 lalu.
Serukan pentingnya gender equality
Cinta mengaku dirinya juga bersyukur karena tidak hanya dikenal sebagai aktris dan penyanyi, tapi dia juga dipercaya sebagai duta anti-kekerasan perempuan. Dia pun secara konstan berusaha untuk menyerukan gender equality dan pentingnya pendidikan.
“Aku merasa beruntung karena tinggal di metropolitan city, di mana aku dikelilingi oleh orang yang punya mindset dan value sama seperti aku. Aku merasa save. Tapi Jakarta itu bukan Indonesia. Bukan aku berusaha ngomong negatif atau nyindir siapa-siapa, tapi Indonesia itu masih negara yang melihat laki-laki di atas perempuan. Buat aku hal itu sangat menyedihkan,” kata Cinta, yang merasa persoalan gender equality sudah sewajarnya diajarkan sejak kecil.
“Kenapa kalau di Amerika, gender equality itu diterima dan diimplementasikan, karena dari sekolah pun anak kecil sudah diajarkan, kalau girls and boys adalah equal,” tambahnya lagi.
Cinta juga mengaku sedih jika melihat kasus-kasus kekerasan pada perempuan, yang sering kali justru si korban yang disalahkan.
“Aku pengen banget bikin fasilitas untuk korban mencari support, membantu mereka keluar dari trauma kekerasan, supaya mereka bisa melanjutkan hidup mereka.We need to be more protective to women and children,” tegas Cinta.
Remember your value
Cinta pun punya pesan penting untuk para perempuan di Indonesia, yaitu “remember your value” atau kenali nilai diri kita sendiri.
“Jangan pernah membandingkan diri kalian dengan yang lain, karena kalian semua unik dan kalian harus tahu kalian bisa jadi pemimpin. Kalian punya suara, kekuatan. Jangan takut untuk gagal, karena itu bisa menjadi motivasi untuk berjuang. Jangan takut nge-share apa yang ada di dalam hati kalian ke keluarga atau teman. Believe in yourself, you’re perfect the way you are,” tuntasnya.
Cinta Laura juga akan bicara lebih banyak soal hak-hak perempuan dalam perfilman Indonesia bersama Mira Lesmana dan Gina S. Noer di panggung Future is Female di Indonesia Millennial Summit 2020 yang akan diadakan di The Tribrata, Dharmawangsa, Jakarta, pada 17 & 18 Januari 2020. Jangan sampai ketinggalan acaranya, ya!
Wawancara bersama Cinta Laura ini juga bisa kamu tonton di IGTV Popbela dan Popbela Podcast di Spotify.
Photographer: Nurulita
Fashion Editor: Michael Richards
Stylist: Ivan Teguh Santoso
Assistant Stylist: Dewi
Wardrobe: jumpsuit ALICA MCCALL at MASARI