Bagi para pecinta film, nama Paul Feig tentu tidak asing. Namun meski namanya melekat pada banyak keberhasilan, ternyata karier Paul bisa dibilang gagal total lho Bela. Bukan melalui jalan yang mulus, aktor sekaligus produser kelahiran 1962 ini harus melalui beragam kegagalan selama perjalanan kariernya sebelum menuai kesuksesan yang ia miliki sekarang.
Kegagalan mungkin menjadi alasan untuk menyerah bagi banyak orang. Namun bagi Paul, hal ini justru menjadi lecutan untuk membuktikan kemampuannya dalam membuat film. Nggak mau menyia-nyialan kesempatan, Paul akhirnya mulai mengubah hidupnya setelah menjadi sutradara film Bridesmaids yang pasti sudah kamu tonton bukan? Belum puas sampai disitu, namanya semakin dikenal setelah keberhasilan film A Simple Favor, yang lebih mirip film thriller funky daripada film komedi. Wah, semangat Paul patut ditiru ya Bela! Meski berkali-kali gagal, Paul terus berusaha sampai akhirnya dia berhasil. Cocok menjadi sosok inspiratif, ini yang bisa kamu pelajari darinya!
Kamu bukan Shakespeare
Menurut Paul, orang yang bercita-cita menjadi seniman kerap terpaku pada sebuah mahakarya. Akibatnya, ia justru takut untuk memulai dan mengubah imajinasinya dalam bentuk yang nyata tanpa terpatok pada standar seni yang dianggap bagus. Padahal, karya orisinil justru hadir saat kamu berani meninggalkan ‘kesalahan’ yang menjadi ciri khas. Ingat Bela, kamu bukan Shakespeare yang harus menciptakan karya luar biasa tanpa cacat. Jadi jangan pernah takut untuk berbeda dari seniman lain ya!
Jadikan Kegagalan sebagai Batu Loncatan
Saat menemui kegagalan dalam berkarya, ada dua pilihan yang bisa kamu ambil Bela! Terpuruk dalam keputusasaan atau justru menjadikannya sebagai motivasi untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Menurut Paul, yang harus kamu lakukan adalah terus mencoba karena kita tidak pernah tau apa yang menanti kita di depannya. Bila kamu membiarkan kegagalan menghilangkan ambisimu, maka mimpimu nggak cukup kuat dan untuk berusaha memperjuangkannya.
Tahu Kapan Harus Berhenti
Meski semangat juang dibutuhkan dalam berkarya, kamu juga harus mengerti kapan saatnya untuk berhenti. Berhenti di sini bukan berarti kamu menyerah ya, Bela! Kamu perlu berpikir bijak untuk menyadari hal yang patut diperjuangkan dan cukup untuk dicoba. Memaksakan terjun pada hal yang nggak kamu miliki adalah sebuah kesia-siaan. Makanya, penting untuk mengenal diri sendiri dan potensi yang kamu miliki!
Terbuka pada Kreatifitas Orang Lain
Meskipun karyamu sudah cukup baik dan diterima banyak orang, namun jangan pernah segan untuk meminta pendapat orang lain ya Bela! Terkadang masukan dari orang lain akan mengubah pemahamanmu untuk menciptakan karya yang berbeda. Seperti Paul yang bingung untuk menemukan cara untuk mengambil ‘hati’ perempuan, ia mau mendngar keinginan perempuan yang bekerja dengannya agar karyanya nggak hanya dinikmati oleh penonton pria. Siapa lagi yang lebih memahami pemikiran perempuan selain perempuan itu sendiri? Dari sini, Paul menyadari bahwa mengkolaborasikan pemikirannya dengan pengetahuan orang lain membuat karyanya mampu terproyeksikan dengan lebih baik.
Berteman dengan Kegelapan
Maksud dari kegelapan di sini bukan kondisi malam hari ataupun ketiadaan lampu ya Bela. Menurut Paul, kegelapan merujuk pada realita kehidupan yang terkadang nggak sesuai dengan harapan. Seperti penolakan, hardikan, atau bahkan kekecewaan tetap nggak bisa dilepaskan dari sebuah film dengan genre romantis dan happy ending! Melalui sisi gelap ini lah, Paul mencoba untuk bersikap jujur untuk membuat penikmat filmnya merasa nyata dan dekat!
Nah Bela, kreativitas nggak hanya dibutuhkan untuk membuat karya yang hebat. Kamu juga bisa memahaminya untuk kehidupan sehari-hari dalam mencapai impianmu! Meski banyak rintangan menghadang, bukan alasan untuk menyerah ya!