Tayang pada 25 Maret lalu, Pachinko telah menarik perhatian banyak pihak. Sebelumnya, serial original dari Apple TV+ ini juga menerima ulasan positif dari kritikus asing. Mereka menilai jika Pachinko merupakan karya adaptasi yang digarap secara brilian.
Diangkat dari buku terlaris New York Times berjudul sama, Pachinko menggambarkan kisah nyata orang Korea yang bertahan hidup di era kolonial Jepang hingga periode pasca-pembebasan. Serial ini juga memperlihatkan kisah cinta terlarang antara Koh Han Su (Lee Min Ho) dan Kim Sunja (Kim Min Ha).
Namun, serial tersebut justru menuai kecaman berat dari warganet Jepang. Mereka menganggap Pachinko telah memanipulasi sejarah. Apa yang sebenarnya terjadi? Melansir dari Kbizoom.com, cari tahu kebenaran kisruh Pachinko di sini.
Pachinko hanya mengambil sudut pandang Korea
Serial bertabur bintang ini menghadapi kecaman dari warganet Jepang, karena alur cerita. Melalui SNS (Social Networking Service), mereka menganggap bahwa alur cerita Pachinko memanipulasi sejarah dan hanya dapat dilihat sebagai klaim sepihak dari Korea.
Tak sampai di situ, warganet Jepang menyebarkan isu miring terkait pemeran asing yang tampil di Pachinko. Mereka melihat jika keputusan pemeran asing tampil di serial tersebut, karena telah terpedaya oleh kebohongan pihak Korea Selatan.
Warganet Jepang turut meninggalkan komentar jahat saat pemeran asing mengunggah foto promosi Pachinko di akun media sosialnya. Tercium pula, kabar kurang menyenangkan mengenai serial ini. Mereka menyebarkan desas-desus bahwa penulis Pachinko telah mendanai pengembangan rudal Korea Utara.
Membahas masa penjajahan Jepang terlalu detail
Kemarahan warganet Jepang terhadap Pachinko bukan tanpa sebab, mereka merasakan ketidaknyamanan saat serial tersebut membahas masa penjajahan Jepang terlalu detail. Serial ini memang menggabungkan fakta beberapa sejarah, yakni eksploitasi beras Jepang, kerja paksa, perbudakan seksual di Militer Jepang.
Tak hanya itu, Pachinko juga menampilkan pembantaian Kanto usai gempa besar, kepada orang Korea yang tinggal di Jepang. Kisah tersebut seolah-olah mencerminkan pandangan diskriminatif masyarakat lokal Jepang kepada Zainichi (orang Korea yang tinggal di Jepang).
Ulasan positif kritikus asing dinilai palsu
Warganet menyatakan pendapatnya bahwa Pachinko, yang menunjukkan kesalahan dan aib Jepang selama masa kolonialnya di Korea dan ulasan positif dari kritikus asing adalah palsu. Mereka juga memprotes media luar negeri yang terlalu berlebihan dalam menulis ulasan terkait serial ini.
Tim produksi berkonsultasi dengan pakar sejarah
Sebelum mendapatkan kecaman keras dari warganet Jepang, tim produksi Pachinko telah lebih dulu berkonsultasi penayangan serial ini dengan pakar sejarah. Mereka mengundang sekitar 20-40 orang untuk membahas gempa bumi The Great Kanto, pembantaian Kanto, dan hal-hal yang terkait sejarah penting dalam kisah Pachinko.
Upaya ini dilakukan demi mencegah kontroversi mengenai distorsi sejarah. Sejarawan Shim Yong Hwan mengungkapkan kepada pihak KBS 2TV dalam acara Problem Child in House, bahwa kru Pachinko meminta saran yang sangat rinci darinya.
Misalnya, adegan yang berlatar tahun 1920-an di mana seorang anak memberi permen atau adegan di mana seorang nelayan bernyanyi. Ia dimintai pendapat terkait kesesuaian adegan dengan kisah sejarah sebenarnya.
Penulis skenario, Soo Hugh mengungkapkan bahwa Pachinko adalah serial drama-sentris, bukan serial dokumenter. Ia menyatakan bahwa dirinya membuat serial Pachinko seakurat mungkin dan mengacu pada sejarah. Pada saat yang bersamaan, Soo Hugh juga ingin menampilkan emosi para karakter di dalamnya.
Singkatnya, Pachinko merupakan karya yang berfokus pada kekuatan cerita sehingga dapat memberikan informasi mengenai tragedi yang terjadi di Dinasti Joseon, selama periode tersebut. Sementara, penonton dapat melihat kehidupan dan emosi para karakter secara alami daripada buku sejarah.
Jika berkaitan dengan nilai sejarah sebuah negara memang rumit, ya. Mari menunggu tanggapan dari tim produksi, Bela.