Di Indonesia, kesetaraan gender masih menjadi isu yang paling banyak dibicarakan, namun perkembangannya bergerak ke arah yang negatif. Hal ini terlihat dari turunnya peringkat kesetaraan gender dalam laporan yang dikeluarkan oleh World Economic Forum’s Global Gender Gap Report 2021.
Tentunya ini bukan hasil yang membanggakan, artinya masih banyak ketidaksetaraan gender yang terjadi di Indonesia. Untuk mengingatkan kembali masyarakat Indonesia bahwa isu kesetaraan gender masih penting, pada perayaan International Women’s Day, Google mendukung perempuan di Indonesia untuk mencari identitas dan suara mereka melalui inisiatif #YukBukaSuara.
Para perempuan dapat memberikan suara mereka lewat #YukBukaSuara
Melalui inisiatif #YukBukaSuara ini, diharapkan dapat menjadi tempat perempuan untuk menunjukkan diri serta mencari identitas serta suara mereka.
“#YukBukaSuara adalah sebuah inisiatif untuk menginspirasi lebih banyak perempuan Indonesia, terutama perempuan muda, untuk memahami perbedaan antara stereotip dengan fakta, persepsi dengan kenyataan, suara masyarakat yang mengelilingi dengan pendapat dan suara yang ada di dalam diri sendiri," jelas Fida Heyder, Head of Consumer Apps Marketing, Google Indonesia dalam keterangan resminya, pada Senin (7/03/2022).
Fida pun melanjutkan, "Melawan apa yang mungkin, mematahkan hambatan, menjadi yang pertama. Karena dengan mengklik tombol dan mengajukan pertanyaan ke Google dapat menghasilkan pengetahuan yang menginspirasi sudut pandang serta membuka dunia yang baru.”
Hambatan yang sering dialami oleh perempuan
Google telah melangsungkan studi seputar kesetaraan gender online 2019 di negara Next Billion Users (NBU), atau negara yang memiliki tingkat populasi pengguna baru internet dan aplikasi mobile berasal. Ditemukan hambatan tumpang tindih yang mencegah perempuan untuk sepenuhnya menikmati manfaat yang diciptakan internet.
Masalah global yang paling sering terjadi adalah sulitnya akses ke internet dan informasi, sulitnya menemukan konten yang relevan, sedikitnya figur inspiratif yang sesuai dengan norma dan budaya lokal, serta masih sedikitnya komunitas perempuan di internet yang menyediakan tempat untuk perempuan lainnya bertanya hal-hal yang dianggap sensitif.
Jika dibiarkan, ketidaksetaraan gender akan mengganggu negara untuk berkembang dalam upaya pemberantasan kemiskinan dan pemerintahan yang efektif. Dengan mendorong kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki, menggalakkan kesetaran gender harus menjadi salah satu perhatian utama.
Google telah menghadirkan berbagai fitur dan program untuk perempuan
Google berkomitmen untuk terus menjadikan keragaman, kesetaraan dan inklusi sebagai bagian dari semua yang dilakukannya. Melalui Google Search, siapapun dapat bertanya dan menemukan jawaban dari pertanyaan yang sensitif sekalipun.
Selain itu, salah satu contoh fitur utama produk inklusivitas ada dalam Google Bisnisku, yang mana seorang perempuan bisa menambahkan tanda bisnis jika pemiliknya adalah perempuan. Ada pula fitur Stay Safer di Google Maps, yang dibuat akibat meningkatnya kekhawatiran akan keselamatan perempuan saat menggunakan transportasi umum.
Untuk membantu perempuan lebih banyak, Google juga meluncurkan program Bangkit. Melalui program Bangkit, sebanyak 30% peserta yang mengikuti sertifikasi adalah perempuan. Ada juga Women Developer Academy, yang mana mengajarkan keterampilan profesional teknologi bagi perempuan di Asia Tenggara.
Untuk program WomenWill, Google telah menyatukan 300 pengusaha perempuan untuk saling menginspirasi, berbagi pengetahuan, dan menggunakan alat digital untuk mengembangkan bisnis sejak 2018.
Mengajak Voice of Baceprot sebagai bagian dari inisiatif #YukBukaSuara
Voice of Baceprot mengungkapkan bahwa mereka merasa senang, karena dapat ikut mendukung perempuan di luar sana untuk dapat meraih kemerdekaan utuh perempuan atas otoritas hidupnya.
“Sudah sejak lama hal itu bukan jadi mimpi, tapi udah jadi cita-cita yang tumbuh dalam laju perjalanan VOB. Awal kesadaran mengenai pentingnya suara perempuan tumbuh dalam diri kami setelah kami menyadari satu hal, bahwa ternyata ketidaktahuan lebih sering melahirkan ketidakmautahuan,” ujar vokalis Voice Of Baceprot, Marsya saat acara Virtual Press Briefing bersama Google #YukBukaSuara, Senin (7/03/2022).
Menurut Voice Of Baceprot, kurangnya akses informasi dan ketidakberesan cara berpikir, telah membuat banyak perempuan hanya menerima saja apa yang terjadi dalam hidupnya. Membuat sosok perempuan hanya dilihat rupa bentuknya saja, bukan lantang suaranya dan ketajaman cara berpikirnya. Melalui Google, VOB telah menemukan jalan untuk keluar dari zona ketidaktahuan.
International Women’s Day bukan hanya satu hari perayaan saja, namun sebagai pengingat untuk terus menginspirasi pemikiran perempuan Indonesia lain, supaya dapat memahami identitas dan menyuarakan suara mereka sendiri.