Hubungan yang memburuk dengan adiknya, Ayu (Ersya Aurelia), membuat Laras (Hana Malasan) berniat untuk memperbaikinya. Naas, sebuah kecelakaan membuat Laras berada dalam keadaan antara hidup dan mati.
Kenyataan bahwa kakaknya menggunakan susuk baru Ayu ketahui pasca kecelakaan maut yang menimpa Laras. Dibantu Arman (Jourdy Pranata), Ayu mulai mencari cara agar Laras bisa sembuh.
Yap, itulah sinopsis singkat film Susuk: Kutukan Kecantikan. Mengangkat efek penggunaan susuk sebagai premis utama, Ginanti Rona menyajikan sebuah film horor yang lengkap dengan teror dan sentuhan gore.
Ssstt… hati-hati artikel ini mengandung spoiler.
Cantik dengan susuk
Film Susuk: Kutukan Kecantikan berfokus pada dampak yang ditimbulkan dari pemakaian susuk. Lewat karakter Laras, penonton akan diajak melihat bagaimana pengguna susuk akan sangat dirugikan. Hanya lewat ekspresi tanpa dialog, Hana Malasan berhasil mempertontonkan beragam emosi yang kuat kepada penonton.
Keadaan Laras pasca kecelakaan membuatnya seperti mayat hidup. Meski masih bernafas, tubuhnya perlahan-lahan membusuk. Melihat pembusukan yang dialami Laras, saya ingin bertepuk tangan kepada tim MUA sebab telah berhasil menciptakan kondisi tubuh Laras yang terlihat mengerikan juga menjijikan.
Bukan cuma kengerian yang hadir, film ini juga mengajak penontonnya untuk melihat bagaimana hubungan dua kakak beradik yang dekat mendadak retak karena satu kebohongan. Juga, bagaimana rasa menyesal membuat Ayu mencoba untuk memperbaiki keadaan meski pada akhirnya ia harus belajar untuk mengikhlaskan.
Set di tempat horor
Kesan horor dan mencengkam sepanjang film Susuk: Kutukan Kecantikan diperparah dengan set lokasi yang sengaja dibuat tak kalah mistis. Seluruh scene di produksi di kaki Gunung Kidul, Yogyakarta. Mulai dari syuting di rumah kayu tua, pedalaman hutan, hingga kuburan.
Ternyata eh ternyata, meski semua itu hanyalah settingan, namun beberapa lokasi produksi film ini nyatanya memang telah terkenal angker. Hal ini disampaikan oleh Jourdy Pranata pada saat sesi press conference Susuk: Kutukan Kecantikan. Beruntung, ia mengetahui hal tersebut dari Elang El Gibran setelah syuting rampung.
Wah, kalau sudah tahu dari awal bisa-bisa ketakutan sepanjang proses syuting, nih!
Jourdy Pranata sengaja pakai logat
Isu yang diangkat dalam film Susuk: Kutukan Kecantikan terasa dekat karena mengangkat fenomena penggunaan susuk dan isu insecurity yang sering dialami perempuan. Di sisi lain, film ini semakin menarik sebab para karakternya punya dialog dengan bahasa daerah yang berbeda-beda.
Contohnya, sepanjang film Elang El Gibran terus menggunakan bahasa Jawa. Hal ini juga dirasakan Muhammad Khan yang harus menyanyikan tembang Jawa. Pstt… itu suara asli dan bukan autotune lho!
Bahkan, Jourdy Pranata menantang dirinya sendiri untuk menggunakan logat Sumatera, tepatnya Riau, sepanjang berperan sebagai Arman. Untuk itu, selama syuting ia dibimbing oleh Ridla An-Nuur (produser) dan Husein M. Atmojo (penulis) agar tak lupa menggunakan logatnya.
Ditambah dengan penataan musik yang apik, penonton sengaja dibuat ketar-ketir sedari awal. Sayangnya, menjelang akhir film, aksi yang mengarah pada kanibalisme terlihat sedikit berlebihan.
Namun, tak perlu khawatir sebab hal tersebut tak merusak jalan cerita. Elemen horor dan atmosfer mencekam yang hadir dalam film Susuk: Kutukan Kecantikan masih dapat kamu nikmati.
Jangan nonton sendirian, film Susuk: Kutukan Kecantikan mulai tayang sejak Kamis (31/8/2023). Siap berteriak ketakutan, Bela?