Semenjak orang tuanya meninggal karena kecelakaan, Respati (Devano Danendra) terus dihantui mimpi buruk yang membuatnya mengalami insomnia. Suatu hari, mimpi mengerikan yang dilihatnya di alam mimpi terjadi dunia nyata.
Sejak saat itu, semakin banyak korban berjatuhan secara misterius. Bersama Wulan (Keisya Levronka) dan Tirta (Mikha Hernan), Respati harus segera mencari tahu hubungan antara mimpi dan rentetan kematian yang terjadi sebelum ia menjadi korban selanjutnya.
Yup, itulah sinopsis dari Malam Pencabut Nyawa yang siap tayang pada 22 Mei 2024 mendatang. Buat kamu yang penasaran dengan filmnya, semoga ulasan dari Popbela kali ini dapat membantu. Let's go!
Pssttt... . Ulasan ini berdasarkan opini pribadi dan mungkin mengandung spoiler yang dapat membuat kamu kurang nyaman.
Punya visual yang apik
Base Entertainment mempercayakan Sidharta Tata sebagai sutradara untuk Malam Pencabut Nyawa. Menurut Popbela ini adalah pilihan yang tepat sebab sang sutradara berhasil membuat visualisasi dari apa yang sudah tertulis di dalam naskah menjadi tontonan yang menarik.
Apresiasi juga perlu ditunjukkan untuk Director of Photography (DoP) Malam Pencabut Nyawa. Tata visual yang ciamik dalam film ini membuat scene per scene terasa real. Pengambilan gambar pun menggunakan beragam teknik yang membuat visual dari film ini jauh dari kata membosankan.
Colour grading, visual effect, hingga scoring film ini membuktikan jika tim produksi Malam Pencabut Nyawa benar-benar all out saat menggarap urusan teknis. Nggak percaya? Yuk, coba tengok trailernya sambil menunggu filmnya tayang.
Akting mumpuni dari tiap pemain
Akting dari para pemain Malam Pencabut Nyawa juga patut diacungi jempol. Meski ini adalah film horor pertama untuk Devano Danendra dan Keisya Levronka, keduanya benar-benar totalitas memerankan karakter Respati dan Wulan.
Pujian khusus tampaknya harus diberikan untuk Devano yang tak lupa memperhatikan detail kecil—terutama dari bahasa tubuh—yang membuatnya semakin masuk dalam karakter Respati. Lewat film ini, Devano berhasil membuktikan jika kemampuan aktingnya semakin berkembang.
Kemunculan Ratu Felisha sebagai villain utama nggak digambarkan seperti hantu-hantu film horor Indonesia pada umumnya membuat film ini terasa fresh. Sapuan unsur fantasi dalam film ini juga terasa seperti angin segar di tengah industri film horor Tanah Air yang ceritanya dirasa "itu-itu saja".
Struktur cerita rapi tapi membosankan
Sayangnya, meski memiliki visual yang apik dengan struktur cerita yang rapi—jalan cerita tidak keluar dari premis utama—konflik Malam Pencabut Nyawa cukup membosankan di pertengahan film. Sebagai penonton, Popbela merasa ada beberapa bagian yang kurang dieksplor, dan beberapa scene lainnya terasa terlalu panjang.
Namun, nggak perlu khawatir karena mata kamu akan kembali terbuka lebar saat kemunculan plot twist menjelang akhir cerita. Pertarungan sengit antara Respati dan Sukma dipastikan akan membuat duduk kamu kembali tegap dengan jantung yang berdebar saat menontonnya.
Note: Di akhir, pastikan kamu menunggu sampai credit title selesai bergulir untuk menonton post credit scene.
At the end, menurut Popbela, Malam Pencabut Nyawa cukup menarik untuk ditonton terutama untuk kamu yang menyukai film dengan sinematografi yang apik serta bosan dengan cerita horor yang biasa-biasa saja. Selamat menonton.