Pada zaman Rasulullah SAW, tidak banyak sahabat yang mampu membaca dan menulis. Bahkan, Rasulullah SAW sendiri pun tidak pandai membaca dan menulis. Hal ini dijelaskan pada surat Al Ankabut ayat 48.
وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ ۖ إِذًا لَارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ
Wa mā kunta tatlụ ming qablihī ming kitābiw wa lā takhuṭṭuhụ biyamīnika iżal lartābal-mubṭilụn
Artinya: "Dan engkau (Muhammad) tidak pernah membaca sesuatu kitab sebelum (Alquran) dan engkau tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; sekiranya (engkau pernah membaca dan menulis), niscaya ragu orang-orang yang mengingkarinya."
Dalam buku Sejarah Alquran karya Ustaz Ahmad Sarwat, Rasul meminta bantuan para sahabat untuk menuliskan wahyu. Tidak hanya membaca dan menulis, para sahabat juga turut serta dalam pembahasan wahyu bersama Rasul.
Setelah Rasul meninggal, kepemimpinan diamanahkan kepada Abu Bakar. Pada zaman kekhalifahan Abu Bakar, terjadi perang Yamamah. Banyak penghafal Alquran yang meninggal. Maka, Umar bin Khattab mengusulkan kepada Abu Bakar untuk menyatukan Alquran karena takut ayat Alquran menghilang.
'Saya diutus oleh Abu Bakar untuk ikut memerangi penduduk Yamamah, lalu tiba-tiba Umar datang dan berkata ‘Sungguh, perang Yamamah begitu berat bagi para penghafal Alquran, saya khawatir nanti korban berjatuhan hingga menyebabkan Alquran hilang dengan wafatnya para penghafal Alquran, saya punya inisiatif agar engkau berkenan mengumpulkan Alquran.' (HR. Imam Bukhari)
Selama ini, hanya nama Zaid bin Tsabit yang dikenal sebagai sekretaris Rasulullah SAW. Padahal, ada sahabat Rasulullah lainnya yang membantu mengumpulkan dan menyusun Alquran sehingga kita bisa membacanya sampai sekarang. Inilah empat kisah sahabat Nabi, yang membantu Rasulullah SAW menuliskan wahyu yang diterimanya.
1. Zaid bin Tsabit
Salah satu sahabat Rasulullah SAW yang dikaruniai kepandaian membaca dan menulis adalah Zaid bin Tsabit. RMuhammad SAW pernah memerintahkan Zaid untuk mempelajari bahasa Yahudi dan Ibrani. Zaid bin Tsabit mampu mempelajarinya selama 19 hari. Sejak saat itu, Zaid dipercaya untuk menjadi sekretaris Nabi.
"Hai Zaid, pelajari bahasa Yahudi (Ibrani). Saya sangat tidak percaya mereka, bila saya didiktekan sebagai sekretaris saya," kata Rasulullah SAW.
Sejak itu, Zaid bertugas menulis dan membacakan surat kiriman dari raja dan penguasa. Selain bahasa Yahudi dan Ibrani, Zaid juga mempelajari bahasa Suryaniyah dan merangkap sebagai penerjemah Rasulullah SAW.
Menjadi salah satu ulama terkemuka di Madinah, selain pintar berbahasa Zaid juga mendalami ilmu lainnya. Zaid mempelajari ilmu fiqih, fatwa dan hukum waris. Setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar meminta Zaid untuk segera menghimpun Alquran.
Mendapat amanah yang begitu besar, awalnya Zaid menolak. Setelah mempertimbangkan, pada akhirnya Zaid memberikan syarat. Kemudian, syarat yang diajukan Zaid adalah ayat yang akan dimasukkan ke dalam Alquran harus memiliki bukti tertulis dan disaksikan minimal dua orang sahabat. Sampai akhirnya, ayat Alquran mampu disusun dan dapat dibaca sampai sekarang.
2. Muawiyah bin Abi Sufyan
Muawiyah bin Abi Sufyan ditunjuk menjadi salah satu sahabat yang mengemban amanah untuk menuliskan wahyu atas saran malaikat Jibril. Muawiyah merupakan sosok yang paling kontrovesial di antara penulis wahyu yang lain.
Memiliki karakter yang kuat, berwibawa, jujur, cerdik dan cerdas menjadikannya khalifah setelah masa Ali bin Abi Thalib. Meski karakternya yang dianggap tidak Islami, sesungguhnya Muawiyah adalah seorang negarawan dan politikus ulung. Muawiyah adalah pendiri Daulah Umawiyah, yang merupakan kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin.
Kebijakan Muawiyah lainnya adalah mengubah aturan untuk calon khalifah selanjutnya. Jika sebelumnya pengangkatan khalifah dengan cara pemilihan, maka Muawiyah mengubahnya menjadi sistem turun temurun. Maka yang selanjutnya, menggantikan kepemimpinan Muawiyah adalah putranya Yazid bin Muawiyah.
3. Zubair bin Awwam
Zubair bin Awwam adalah sepupu sekaligus pengawal setia Rasulullah SAW. Setiap luka pada tubuhnya adalah bukti kecintaan dan kesetiaannya pada Rasulullah SAW dan agama yang dipeluknya.
Dalam hadis, diriwayatkan Rasulullah pernah bersabda,"Setiap Nabi mempunyai penolong (hawari), dan hawariku adalah Zubair bin 'Awwam." (HR. Bukhari Muslim).
Telah memeluk agama Islam sejak umur 16 tahun, Zubair sempat mengalami penyiksaan oleh orang-orang Yahudi. Bahkan, yang memimpin penyiksaan Zubair adalah pamannya sendiri. Penyiksaan Zubair akan dihentikan jika dirinya bersedia keluar dari Islam. Dengan tegas Zubair menolak dan menerima semua siksaan.
Seorang sahabat pernah melihat banyaknya luka pada tubuh Zubair dan berkata 'Aku pernah menemani Zubair bin Awwam pada sebagian perjalanan dan aku melihat tubuhnya. Maka aku saksikan banyak sekali luka goresan pedang, sedang di dadanya terdapat seperti mata air yang dalam menunjukkan bekas tusukan lembing dan anak panah. Aku pun berkata: 'Demi Allah telah kusaksikan sendiri pada tubuhmu apa yang belum pernah kulihat pada orang lain sedikit pun!'
4. Ubay bin Ka'ab
Ubay bin Ka'ab adalah seorang sahabat Rasul yang fasih dalam hafalannya. Pemahamannya yang mendalam terhadap Alquran telah membawanya menjadi salah satu sahabat Rasul yang dipercaya untuk menuliskan wahyu. Ubay juga dikenal dengan nama 'Abu Thufail atau Abu Mundzir'.
Ubay disebut sebagai orang pertama yang menuliskan wahyu yang diturunkan kepada Rasul. Mengutip dari 'Biografi 60 Sahabat Rasulullah', dikisahkan bahwa Rasul pernah berkata:
"Wahai Ubay bin Ka'ab, aku diperintahkan untuk menyampaikan Alquran kepadamu, 'Ubay yang mendengar itu merasa terkejut dan memastikan kembali pada Rasulullah, 'Wahai Rasulullah, benarkah namaku disebut Allah?' Rasulullah menjawab, 'Benar, namamu dan keturunanmu di tingkat tertinggi.'
Semasa hidup Rasulullah SAW, Ubay bin Ka'ab selalu berada di sisi sang Rasul. Ubay ikut serta dalam perang Bai'at Aqabah, Perang Badar dan perang lainnya. Suaranya yang merdu saat membaca ayat suci, akan membuat siapa saja yang mendengarnya menangis.
Alquran berhasil disusun menjadi sebuah kitab selama satu tahun pada era kekhalifahan Abu Bakar. Seperti yang ditulis Ghanim Al-Quduri dalam kitab 'Rasmul Mushaf Lughawiyah Tarikhiyah' terdapat 43 sahabat Rasulullah SAW lainnya yang membantu mengumpulkan ayat Alquran yang tersebar di berbagai tempat dan media.
Kini, Alquran sudah bisa di baca dengan mudah oleh para muslim, berkat bantuan sahabat-sahabat Rasulaullah. Sudahkah, kamu membaca Alquran hari ini?