Hampir tidak ada bukti kesuksesan pemimpin perempuan dalam jangka panjang, pada zaman kuno. Akan tetapi, sedikitnya ternyata kita dapat menemukan kekuatan perempuan yang terselubung dalam sistem patriarki. Hanya saja tokoh perempuan yang kuat dan berkuasa pada era tersebut, ruang geraknya masih terbatas.
Sebut saja tokoh perempuan terkenal seperti Cleopatra, Boudica, dan Hatshepsut. Mereka dapat membuktikan bahwa posisi pemimpin dapat dilakukan oleh perempuan, hingga dapat mengubah perspektif masyarakat tentang gender, otoritas, dan kesetaraan.
Berikut delapan tokoh perempuan kuat dan berkuasa pada zaman kuno yang diabadikan dalam bentuk lukisan, patung atau monumen.
1. Hatshepsut - Mesir kuno
Ratu Hatshepsut merupakan ratu pada zaman mesir kuno yang menjabat paling lama yaitu 22 tahun. Pada masa jabatannya, mesir mengalami kemakmuran besar, kedamaian, dan ledakan kreativitas seni yang selamanya akan memengaruhi budaya Mesir. Hatshetsup juga mendorong pertumbuhan ekonomi, membangun kembali jaringan perdagangan yang hilang, dan membangun ratusan proyek konstruksi.
Supaya dapat diterima oleh masyarakat patriarki Mesir, yang mana kerajaannya selalu dipimpin oleh laki-laki, Hatshepsut menciptakan citra maskulin sejak ia kecil. Dia terpaksa mengenakan janggut palsu dan ketika dilukis oleh pelukis, ia meminta untuk ditambahkan gambar otot pada kedua tangannya.
2. Wu Zetian - Tiongkok
Wu Zetian, permaisuri perempuan pertama dan satu-satunya di Tiongkok yang menjabat sebagai pemimpin selama 40 tahun dari tahun 665 hingga 705.
Kehadiran Wu Zetian memberikan perubahan baik untuk masyarakat Tiongkok karena dinasti pada zaman tersebut tidak korupsi, merevitalisasi perekonomian dan budaya Tiongkok, melawan aristokrasi untuk memajukan kelas petani, mempromosikan seni dan sastra, mengkampanyekan hak-hak perempuan, serta menyebarkan agama Buddha.
Di tangan Wu Zetian, Tiongkok menjadi kerajaan paling kuat dan luas karena berhasil menaklukkan wilayah baru di Korea dan Asia Tengah. Dirinya sangat dihormati karena dikenal tegas, berpendidikan tinggi, karismatik dan ambisius.
3. Boudica - Inggris kuno
Ratu Boudica menjadi pemimpin rakyat Inggris kuno dan tokoh legendaris dengan simbol pemberontakan, kekerasan, dan perang. Ketika suaminya Prasutagus meninggal pada 60 masehi, kekaisaran Romawi diambil alih oleh Boudica. Boudica yang telah dilatih sebagai pejuang, bersama pasukannya berhasil menyerang tiga pusat populasi utama Romawi yang jumlahnya antara 70.000 hingga 80.000 warga.
4. Cleopatra - Mesir
Cleopatra menjadi ratu yang menjabat selama 21 tahun. Cleopatra juga jadi Yunani Makedonia terakhir yang memerintah Mesir, dirinya dikenal punya hubungan romantis dengan pemimpin romawi yaitu Julius Caesar dan Marc Antony. Akibat hubungan itu, terdapat banyak pergolakan politik di Roma.
Cleopatra menggunakan seksualitasnya untuk mendapatkan akses terhadap pria-pria penting guna memulihkan wilayah Mesir yang sempat dirampas. Akibat budaya patriarki yang kuat, Cleopatra baru menjabat pada akhir dinasti setelah garis keturunan laki-laki habis.
5. Ratu Seondeok - Korea
Raja Jinpyeong tidak memiliki keturunan dengan gender laki-laki. Putrinya yaitu Putri Deokman, meminta mendapatkan takhta meskipun saat itu perempuan yang menjadi pemimpin masih belum diterima oleh banyak orang.
Setelah mendapatkan takhta, Ratu Seondeok berhasil membuktikan bahwa dirinya pantas menjadi pemimpin dengan membantu membentuk budaya Korea melalui kebangkitan pemikiran, sastra, dan seni. Peduli dengan kehidupan masyarakat, serta menugaskan inspektur kerajaan untuk meningkatkan kesejahteraan para janda, duda, orang miskin, anak yatim dan lansia.
Bukan hanya itu, Ratu Seondeok juga membangun observatorium astronomi Cheomseongdae (Menara Bulan dan Bintang), membebaskan pajak bagi petani selama setahun dan mengurangi pajak untuk kelas menengah.
6. Artemisia - Halicarnassas
Artemisia dari Halicarnassus adalah penguasa perempuan di kota Halicarnassus pada masa Perang Persia (499–449 sebelum masehi). Terpilihnya Artemisia sebagai pemimpin karena ia mewarisi tahta dari suaminya, yang namanya tidak diketahui.
Kekuasaan Artemisia mencakup kota Halicarnassus dan pulau-pulau terdekat yaitu Cos, Calymnos, dan Nisyros. Kisah Artemisia yang paling dikenal yaitu saat ia membawa lima kapal dan membantu Xerxes mengalahkan Yunani dalam pertempuran laut Salamis. Pisindelis yang menjadi anak dari Artmisia, melanjutkan tahta di Halicarnassus setelah ia wafat sekitar tahun 460 dan 450 sebelum masehi.
7. Cartimandua - Brigantes
Cartimandua adalah ratu Brigantes, dirinya berkuasa pada masa penaklukan Romawi di Britania Raya. Sebagian besar informasi yang diketahui tentang Cartimandua berasal dari sejarawan Romawi Tacitus. Dari tulisannya, Cartimandua digambarkan sebagai seorang pemimpin perempuan yang sangat kuat, berpengaruh, dan setia kepada Roma.
8. Cleopatra Thea - Suriah
Sejumlah ratu di zaman kuno menyandang nama Cleopatra. Cleopatra Thea memang kurang terkenal dibandingkan nama lainnya. Putri Ptolemaios VI dan Cleopatra II ini merupakan seorang ratu Suriah ditakuti karena dikenal sebagai ratu yang tegas.
Cleopatra Thea menjadi pemimpin Suriah dari tahun 125 sebelum masehi bersama dengan anaknya Antiokhos VIII Grypos. Terpilihnya Cleopatra Thea menjadi penimpin setelah kematian suaminya yang bernama Demetrios II Nikator.
Itulah delapan perempuan yang kuat dan berkuasa pada zaman kuno. Kebanyakan dari mereka harus melewati proses yang rumit untuk menjadi pemimpin. Di era sekarang, kesetaraan gender sudah digaungkan. Perempuan punya kesempatan yang sama untuk jadi pemimpin.