Siapa di sini yang sering bingung membuang kemasan kosong atau empties bekas produk skincare dan make up? Jika kamu salah satunya, kamu perlu mendengar kampanye dari Avoskin yang sejak tahun lalu menggencarkan program #LoveAvoskinLoveEarth sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap lingkungan.
Bukan hanya mengedukasi konsumennya untuk mulai memilah sampah mulai dari meja rias, Avoskin juga mulai berinovasi mengatasi masalah sampah plastik melalui kemasan produk mereka. Bagaimana inovasi tersebut? Melalui talkshow yang bertajuk 'Beauty and The Earth: Crafting a Sustainable Future', Brand Director of Avoskin Erny Kurniawati menjelaskan soal inovasi ini. Simak, yuk!
Latar belakang Avoskin menerapkan inovasi kemasan produk yang berkelanjutan
Latar belakang Avoskin menerapkan inovasi ini adalah agar dapat menjaga planet, tempat tinggal kita agar terus berkelanjutan. Bagi Erny, sustainable sebuah bisnis itu akan berjalan jika planetnya juga sustainable.
"Misalnya, jika terjadi global warming, amit-amit terjadi kelangkaan air, maka skincare adalah hal terbelakang untuk dipikirkan. Yang kita pikirkan tentu apa yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan bahan pokok demi bertahan hidup. Karena kalau ngomongin bisnis, tentu kita ingin bisnis yang sustainable. Maka dari itu, kami ingin saat memproduksi sebuah produk, kami mau menerapkan value itu," jelas Erny.
Plastik berbahan dasar tebu yang mudah terurai
Inovasi pertama yang dilakukan oleh Avoskin adalah membuat plastik dengan bahan dasar tebu. Maka dari itu, dengan menerapkan hal ini, kemasan Avoskin dapat terurai dengan lebih cepat.
"Tapi lebih baik dikembalikan ke Avoskin ya kemasan kosongnya karena kita bisa mengelolanya. Tapi kalau pun buang sendiri, plastiknya akan lebih cepat terurai dibanding plastik biasa. Itu adalah beberapa komitmen yang coba kita terapkan dari sisi bisnis ini," kata Erny.
Bekerja sama dengan berbagai partner untuk mengelola sampah
Lebih lanjut, jelas Erny, kemasan kosong Avoskin kemudian dikelola oleh pihak Avoskin sendiri yang bekerja sama dengan beberapa pihak. Kemasan kosong tersebut dikumpulkan untuk kemudian diolah kembali menjadi produk baru di bawah pengawasan langsung oleh Avoskin sendiri.
"Saat kemasan kosong dikembalikan ke Avoskin, itu diolahnya sama siapa sih? Saat ini kami bekerja sama dengan beberapa partner. Seperti, Waste4Change, Rekosistem dan sebagainya. Karena biasanya kita cek dulu ketersediaannya di setiap kota. Misalnya, Waste4Change itu tidak melayani penjemputan di daerah Jogja. Jadi, untuk area Jogja, kita bekerja sama dengan bank sampah lokal," kata Erny.
Selain mengelola sampah, kampanye ini juga menciptakan sircular economy
Setelah dikembalikan, timbul pertanyaan, apakah empties tersebut hanya menjadi onggokan sampah di kantor Avoskin? Jawabannya, tentu tidak. Sebab, berkat bantuan para partner tersebut, sampah-sampah yang telah terkumpul akan dipisahkan sesuai dengan jenisnya dan diolah kembali.
Misalnya saja sampah botol kaca. Pada awal tahun 2017, Avoskin banyak menggunakan material kaca untuk kemasan produknya. Alasannya, mereka ingin membuat refil station skincare hanya dengan membawa botol kosong tersebut.
"Tapi, saat ini, untuk membuat refil station bisa berdampak pada komposisi skincare karena bisa mempermudah oksidasi. Jadi belum bisa kita terapkan," kata Erny.
Lalu, bagaimana solusinya supaya bungkus kosong ini tidak berakhir di pembuangan sampah?
"Oleh bank sampah, mereka akan memilah. Dan bungkus dari kaca ini akan dihancurkan untuk dibuat produk baru. Misalnya, tempat tisu, piring atau gelas. Dari situ misi lainnya adalah menyangkut social empowerment. Jadi, dengan kita berkolaborasi bersama bank sampah, kita sudah menciptakan sircular economy karena mereka juga hidup dari sampah-sampah yang kita kumpulkan untuk mereka," jelas Erny lagi.
Wah, ternyata dari sampah skincare yang kita kumpulkan saja, kita bukan hanya membantu menjaga lingkungan agar tetap lestari, tapi juga membantu ekonomi mereka yang terlibat dalam proses pengolahannya. Salut, deh, sama Avoskin yang sudah memulai kampanye ini.