Sadar nggak sejak dulu kita begitu kagum dengan model di majalah? Ya, media di zaman dulu ternyata memang mempengaruhi cara berpikir kita, sampai-sampai kita harus struggling untuk mendapatkan tubuh ‘ideal’ pada masa itu. Jadinya bingung sendiri deh cantik itu yang seperti apa, dilihat dari bentuk tubuh atau berat badan kah? Well, cara berpikir ini tentu bikin kita tersesat. Sebab, ada Photoshop yang berperan sampai membuat kita kagum melihat si model di majalah. Ya, Photoshop termasuk senjata berbahaya, sebab apa yang kita lihat nggak real!
Popbela pun nggak ingin membuat semua perempuan jadi insecure terhadap dirinya sendiri. Karena kami percaya, setiap perempuan itu cantik! Eits ini nggak sekedar omong kosong, pada campaign #IAMREAL bertema poWerpuff Beauty kali ini, Popbela memilih Rendha Rais, seorang fotografer panggung yang telah memotret musisi ternama ini bisa membuat pikiranmu lebih terbuka mengenai self love dan body image. Kami memilihnya, karena ia sosok yang sangat real!
Nggak Perlu Pusing Mikirin Penilaian Orang Lain
Sedari kecil, Rendha nggak mengelak kalau ia pernah dapat julukan karena bentuk tubuhnya. Hebatnya, sedari dulu ia nggak ingin penilaian orang mempengaruhi dirinya sampai harus capek mikirin ukuran badannya, baginya ia lebih concern dengan kesehatannya. “Kalau gue, dari dulu lebih berpikir ya ini badan gue dan yaudah bukan urusan lo,” ucap Rendha. Kalau ngomongin insecure, Rendha juga nggak menampik soal ini. Tapi insecurity yang ia rasakan nggak sampai bikin ia minder atau sampai kehilangan identitas dirinya.
“Lebih tepatnya saat dewasa. Kalau insecure udah pasti, karena disaat teman bisa beli baju bagus gue nggak bisa beli, karena emang zaman dulu kan kita emang postur tubuh Asia, apalagi di toko Indonesia nggak ada ukurannya. Itu salah satu body issue di zaman teman-teman gue bisa beli baju di Blok M Rp10 ribu, gue cuma ngeliatin doang,” ucapnya.
Meski begitu, kelahiran 29 Mei 1985 ini tetap jadi sosok yang percaya diri. Rendha sadar banget kalau kita memang nggak bisa mengontrol mulut orang. “Tapi ya gue merasa kalau pun mereka underestimate lo, di satu sisi mereka nggak punya kelebihan dibanding gue. Mereka bisa ngeledek karena insecure-nya dia juga.”
Begitu juga dengan anggapan orang lain terhadap profesinya sebagai fotografer panggung yang dihubungkan dengan ukuran tubuhnya. “Gue sebagai fotografer panggung, kan harus jadi bayangan dan membaur. Gue bisa membuktikan dan bahkan bisa lebih. Bahkan awal-awal dulu, gue juga nggak takut naik rigging kalau itu masih bisa gue lakukan demi hasil foto yang lebih bagus, skill itu nggak dilihat dari bentuk badan,” tutur Sarjana Seni ini.
Kepercayaan diri yang dimiliki Rendha memang patut dijadikan contoh, Bela. Baginya, selama kita nggak menyusahkan orang lain, dan orang lain belum tentu lebih baik dari kita, tubuh kita adalah prioritas kita. Kalau kata Rendha “Kalau lo mikirin apa kata orang, lo bakal gila.” Jadi nggak perlu pusing dengan penilaian orang lain, Bela.
Meningkatkan Derajat Perempuan Plus Size di Ranah yang Tepat
Dari tahun ke tahun akhirnya standard kecantikan mulai bergeser, dunia mode mulai melirik model bertubuh plus size. Ya, media perlahan mulai menghidupkan pesan kalau semua perempuan itu cantik dengan apa yang mereka miliki, mulai dari warna kulit, bentuk tubuh, dan keunikan yang mereka punya di tubuh masing-masing. Sebut saja Ashley Graham, model asal Amerika yang mulai menginspirasi banyak perempuan bertubuh plus size untuk mencintai tubuh mereka, no matter what!
Sama seperti Rendha, fotografer perempuan ini sedari remaja dulu sudah lebih dulu mencintai dirinya sendiri dan pantas menjadi panutan bagi setiap perempuan. “Alhamdulillah gue sangat menyayangi tubuh gue ya. Gue nggak menyalahkan kenapa gue harus bertubuh besar. Balik lagi, gue concern karena gue pengen sehat. Dan menurut gue orang yang tubuhnya kecil belum tentu sehat. Once kalau mereka ngomong soal kesehatan, gue akan menerima itu dibanding lo mencela gue,” jelas Rendha yang kini mulai memilah makanan demi menjaga kesehatannya.
Bicara soal bagaimana cara empowering perempuan plus size lainnya di luar sana, Rendha beberapa kali pernah menemukan foto perempuan bertubuh plus size di media sosial yang justru menghilangkan makna dari empowering perempuan bertubuh plus size di kehidupan nyata.
“Gue sering lihat di Instagram ada yang posting foto dengan baju seksi, dan pengguna Instagram usianya beragam ada yang remaja belum 21+, kesan pada foto jadinya kayak ‘jualan’. Tapi gue sangat tidak setuju kalau yang seperti itu mendefinisikan ulang beauty standard. Bukannya skeptis, disitu gue liat dia ‘jualan’, bukan mengangkat derajat perempuan plus size. Boleh aja sebenernya, tapi bukan di ranah yang tepat,” ucap Rendha yang hobi jalan-jalan ini.
Sebagai influencer yang punya banyak followers, pun ia kerap dapat pertanyaan dari followers-nya yang bingung gimana cara meningkatkan kepercayaan diri. Rendha pun selalu bilang kepada followers-nya untuk banyak ngobrol dengan orang lain supaya pikiran lebih terbuka. Rendha memang nggak main-main ketika menggunakan media sosial Instagram, ia sadar betul kalau followers-nya cukup beragam. Setiap unggahan konten di IG nya, ia pastikan bisa memberi contoh yang baik buat followers-nya.
“Karena IG juga bisa educate orang, karena media sosial gue bukan milik gue aja, disitu ada orang-orang yang mem-follow. In real life, kalau lo mau ngenal gue ya gue akan lebih caur, cuma masalahnya adalah di sini ada orang yang lihat gue. Bukan sombong, pada kenyataannya banyak yang lihat dan gue nggak mau jadi contoh jelek buat mereka.”
So, dari apa yang sudah diterangkan Rendha Rais, sudah seharusnya kita mencintai diri kita sendiri, Bela. Masih banyak perempuan di luar sana yang struggling untuk menerima diri apa adanya, jadi masih kah kamu jadi salah satu yang mencela orang lain dari bentuk badan? Stop doing that, karena setiap perempuan itu cantik!
Photo credit:
Photographer: Ila Schaffer
Makeup & Hair: Kay Mori, Yuliyana Lesmana, Elly Sitompul
Stylist: Nisya Wiliardi
Fashion Editor: Michael Richards
Wardrobe: Model own