Bulan yang penuh berkah yang dinanti-nantikan umat Islam telah tiba. Namun tak seperti tahun-tahun sebelumnya, Ramadan kali ini dipenuhi oleh kekhawatiran. Pasalnya, pandemik COVID-19 tak kunjung berakhir. Bahkan bisa dibilang, wabah tersebut sedang memuncak di negara kita ini.
Pertanyaan terbesar yang muncul di kalangan masyarakat adalah, amankah bagi kita untuk berpuasa di tengah pandemik. Terlebih lagi untuk para pasien COVID-19 yang beragama Islam. Apakah ada cara aman untuk menjalankan ibadah puasa tanpa terancam penularan virus corona?
Untuk menjawab kekhawatiran tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan panduan berpuasa dengan aman di tengah COVID-19. Simak penjelasannya berikut ini!
1. WHO menjelaskan puasa tidak meningkatkan risiko COVID-19
Pesan utama yang perlu digarisbawahi dari keterangan WHO tersebut adalah tidak ada bukti bahwa berpuasa bisa meningkatkan risiko tertular virus corona. Jadi, semua orang sehat yang masih mampu sangat dipersilakan untuk melaksanakan ibadah tersebut.
Tak hanya itu, puasa sebenarnya memiliki banyak manfaat untuk kesehatan kita. Studi dari USC Longevity Institute membuktikan bahwa puasa bisa mendorong sel-sel imun untuk memperbarui dirinya. Ini artinya, sistem imun kita akan semakin kuat. Dengan catatan, kita memang dalam kondisi yang prima dan selalu memenuhi nutrisi tubuh.
Selain itu, puasa juga mendatangkan berbagai manfaat kesehatan. Mulai dari menghilangkan toksin, mencegah penyakit jantung, menurunkan kolesterol, hingga meningkatkan kesehatan mental kita. Jadi untuk orang yang sehat, tidak ada alasan untuk gak puasa, ya!
2. Cara physical distancing saat Ramadan
Selanjutnya, kita harus tahu do’s dan dont’s yang dianjurkan WHO selama bulan Ramadan. Pertama adalah anjuran untuk tetap melakukan physical distancing.
Seperti yang kita tahu, sebenarnya bulan Ramadan adalah ajang untuk membangun silaturahmi dengan orang lain. Itulah kenapa umat Islam melakukan salat di masjid, berbuka puasa bersama keluarga dan teman, dan lain sebagainya. Namun kondisi saat ini berbeda, kita tak bisa nekat melakukan tradisi tersebut.
Untuk menekan angka penularan, berikut ini anjuran physical distancing dari WHO:
- Jaga jarak minimal satu meter ketika kontak dengan orang lain;
- Hindari bersalaman dan kontak langsung dengan orang lain;
- Jangan mengadakan acara yang melibatkan kerumunan;
- Sebisa mungkin lakukan semua kegiatan, termasuk ibadah, di rumah saja;
- Pembagian zakat perlu diatur agar tidak menimbulkan keramaian. Sebaiknya salurkan saja zakat ke badan amil dan institusi yang terkait.
3. Apakah pasien COVID-19 bisa ikut berpuasa?
Lalu bagaimana dengan pasien COVID-19, apakah mereka juga bisa ikut berpuasa? Pertama, kita harus membedakan kondisi pasien terlebih dahulu. Apakah ia asimtomatik (tanpa gejala), mengalami gejala ringan, atau yang sudah sakit berat.
Menurut studi dari The Centre for Evidence-Based Medicine Inggris, pasien asimtomatik diperbolehkan berpuasa karena sejauh ini tidak akan ada efek yang berarti. Pasien hanya perlu memastikan tubuhnya terhidrasi dengan baik saat sahur dan berbuka puasa.
Begitu pula untuk pasien yang sedang dalam masa penyembuhan. Mereka boleh berpuasa. Namun jika kondisi tubuh justru memburuk, sebaiknya puasa dihentikan sampai pasien benar-benar fit.
Untuk pasien yang mengalami gejala seperti demam, batuk, hingga komplikasi lain dari COVID-19, sebaiknya tidak berpuasa. Masih dari studi yang sama, alasannya adalah risiko dehidrasi akibat puasa akan membuat gejala semakin buruk.
4. Penuhi nutrisi dengan baik
Selain physical distancing, cara berikutnya untuk menjaga kesehatan saat berpuasa adalah dengan mendapatkan nutrisi yang cukup. Perbanyak minum air putih dan konsumsi makanan segar sangat disarankan oleh WHO.
Mendapatkan makanan segar memang tidak mudah di tengah pandemik seperti ini. Apalagi di kota-kota yang menjalankan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Konsumsi makanan olahan sebenarnya tidak apa-apa, asalkan tetap mencukupi kebutuhan nutrisi harian.
Kurangi konsumsi gorengan serta makanan dengan gula tinggi. Sebagai gantinya, perbanyak asupan serat yang bisa didapatkan dari kacang-kacangan, biji-bijian, sayur, dan buah.
5. Jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan!
Seperti yang telah digaungkan sejak COVID-19 mewabah, kebersihan adalah salah satu kunci untuk mencegah penularan penyakit tersebut. WHO mengatakan bahwa kebiasaan umat Islam untuk berwudu sangatlah bagus untuk dipraktikkan. Selain itu, kita juga harus selalu mencuci tangan dengan air dan sabun, rutin membersihkan sajadah dan perangkat salat lainnya, serta menghindari berjabat tangan.
6. Hindari merokok
Untuk para perokok, sebaiknya hentikanlah kebiasaan tersebut setidaknya selama pandemik ini, begitu anjuran WHO. Ada dua alasan yang mendasari pernyataan ini. Pertama, perokok memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gejala yang berat ketika tertular COVID-19. Komplikasi akan sulit dihindari, contohnya pneumonia, gagal paru-paru, dan lain-lain.
Alasan kedua, kebiasaan ini memperbesar risiko penularan COVID-19. Tanpa disadari, tangan dan rokok bisa ditempeli oleh virus corona ketika tak sengaja terkena droplet pasien. Ketika keduanya menyentuh mulut, virus pun akan masuk ke tubuh kita.
7. Anjuran untuk kelompok orang berisiko tinggi saat berpuasa
Kelompok orang berisiko tinggi terdiri dari para lansia, orang yang memiliki riwayat penyakit kronis, dan wanita hamil. Kelompok tersebut memerlukan perlindungan lebih agar tidak tertular virus corona.
Mereka sebaiknya tidak keluar rumah, apalagi menghadiri acara yang melibatkan banyak orang. Lansia, orang dengan penyakit kronis, dan wanita hamil juga diperbolehkan tidak berpuasa jika tak mampu melakukannya. Mereka bisa menggantinya atau membayar fidyah setelah bulan Ramadan berakhir.
8. Jaga agar keadaan psikologis tetap sehat
Terakhir, bukan hanya kesehatan fisik saja yang perlu dijaga, kondisi psikologis juga tak kalah penting. Jangan biarkan pandemik ini melunturkan kebahagiaanmu menyambut Ramadan.
Tetap perbanyak ibadah, melakukan amalan sunnah, serta berbagi dengan orang lain. Jangan lupa untuk tanya kabar saudara, orangtua, teman, dan orang-orang terdekat untuk memastikan kondisi mereka. Hal-hal seperti itu akan memberikan kebahagiaan tersendiri untuk kita. Jika kondisi psikologis kita terjaga, tubuh kita akan semakin kuat.
Seperti itulah keterangan serta anjuran dari WHO menanggapi puasa di tengah pandemik COVID-19. Walaupun ada rasa sedih karena Ramadan tahun ini begitu suram, yuk tetap semangat! Semoga kita semua tetap sehat dan kuat untuk menjalani ibadah, ya!
Disclaimer: Artikel ini sudah diterbitkan di laman IDN Times dengan judul "8 Saran WHO soal Ramadan di Tengah COVID-19, Bolehkah Pasien Puasa?"