Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Waspada, Ini Gejala Gangguan Bipolar yang Perlu Kamu Pahami

Depresi dan mania bisa terjadi bersamaan!

Popbela.com

Pernah mendengar istilah bipolar disorder? Ini merupakan sebuah gangguan kesehatan jiwa yang ditandai dengan perubahan mood sangat esktrem, dari tinggi ke rendah. Periode saat mengalami mood yang tinggi disebut sebagai episode mania, dan periode saat mengalami mood rendah disebut episode depresi. Keduanya pun bisa datang bersamaan, jadi seseorang dapat merasa bahagia dan sedih dalam satu waktu.

Gejala gangguan bipolar bisa sangat membingungkan.Penderita gangguan ini dapat menerima diagnosa kalau dirinya hanya mengalami depresi. Juga umumnya, mereka mengalami tambahan kondisi psikiatrik seperti penyalahgunaan zat atau kecemasan sehingga mengaburkan gejala bipolar yang sebenarnya. Ini yang dapat menunda seorang pasien menerima perawatan yang tepat. Namun melansir dari beberapa sumber, ini gejala khusus yang ditunjukkan penderita dari masing-masing episode yang dialami.

Merasa lebih ceria, lebih bersemangat, gembira berlebihan, meningkatnya energi atau tingkat aktivitas, meningkatnya self-esteem, berpikir tiada henti, lebih banyak bicara, mudah merasa terganggu, nggak butuh banyak tidur, dan mengambil risiko lebih sering dari biasanya, adalah gejala-gejala yang muncul saat seseorang penderita bipolar mengalam episode mania. 

Para ahli kesehatan umumnya akan membuat diagnosis bipolar jika ia melihat 3 atau lebih gejala itu muncul pada diri seseorang. Juga melansir dari Self, seseorang dinyatakan sedang dalam episode mania ketika dirinya mengalami gejala yang berhubungan dengan kejiwaan, menyebaknya munculnya halusinasi atau delusi.

Mania dan hypomania memiliki gejala yang sama. Namun pada episode mania, gejala itu lebih ekstrem. Sedangkan pada episode hypomania, gejala itu lebih mudah dikenali. "Episode hypomania sangat adaptif. Banyak orang bekerja 15 jam setiap harinya dan memiliki energi yang lebih tinggi daripada umumnya. Namun hypomania mereka mudah terlewatkan sampai ada kegagalan dalam kehidupan pribadi maupun profesionalnya, yang hasilnya ada dalam episode depresi," ujar Igor Galynker, M.D., associate chairman for research in the department of psychiatry di Mount Sinai Beth Israel.

Merasa sedih atau hampa, merasa lebih lambat dari biasanya, merasa khawatir, kehilangan energi, kehilangan minat atau kesenangan dalam beraktivitas, berkurangnya tingkat kegiatan, kelebihan atau kekurangan tidur, perubahan nafsu makan atau berat badan, sulit berkonsentrasi, gangguan ingatan, dan pikiran yang berhubungan dengan kematian. Kesemuanya adalah gejala dari episode depresi pada penderita bipolar. Ahli kesehatan umumnya perlu melihat 5 gejala atau lebih, dalam rentang waktu dua minggu, baru memutuskan memberi diagnosis itu.

Nggak hanya dari tiap episode, melansir dari Healthline, gejala bipolar juga dapat dikelompokkan dari jenis gangguan kesehatan itu sendiri. Pada Bipolar I, episode mania sangat jelas. Mood seseorang sangat esktrem dan perilaku mereka meningkat dengan cepat sehingga dapat diluar kendali. Terkadang, ia harus dilarikan ke rumah sakit jika ditinggalkan sendiri akibat dari perubahan sikapnya itu. Penderita bipolar I secara  khusus memiliki episode depresi, namun nggak terjadi begitu sering sehingga nggak tercatat dalam diagnosis.

Bipolar II diyakini lebih sering dialami daripada Bipolar I. Pada gangguan jenis ini, gejala episode depresi turut muncul. Di sisi lain, gejala manianya berkurang dan atau disebut gejala hypomania. Namun perlu diingat, episode hypomania dapat memburuk jika nggak mendapatkan penanganan atau perawatan, dan orang yang menderitanya pun dapat mengalami mania atau depresi yang sangat parah.

Jenis bipolar ini cukup langka, namun bukan berarti nggak mungkin dialami oleh seseorang. Pada Cyclothymic disorder, gejala pada episode hypomania dan depresi akan terlihat setidaknya selama 2 tahun pada penderita dewasa, serta 1 tahun pada anak-anak dan remaja. Meski gejalanya nggak memenuhi syarat episode hypomania dan depresi, mengalami gangguan jenis ini dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan gangguan bipolar dalam dirinya.

Mengutip dari WebMD, gangguan bipolar sering muncul pada seseorang saat dirinya di usia remaja menginjak dewasa. Ketimbang pada orang dewasa, bipolar pada masa remaja berdampak sangat serius dan tinggi risiko bunuh diri. Gejala yang terlihat dapat berbeda dan sulit dikenali. 

Namun para ahli kesehatan mencatat ada beberapa sikap yang bisa menjadi acuan jika seorang remaja mengalami bipolar, seperti periode marah dan serangan yang nggak berpola, terlalu percaya diri, sering sedih serta mudah menangis, hanya butuh sedikit tidur untuk istirahat, perilaku impulsif yang nggak berpola, moody, bingung dan kekurangan perhatian. Ada juga gejala lain seperti merasa terjebak, makan berlebihan, kekhawatiran yang berlebihan serta kecemasan, yang menandakan gangguan kejiwaan.

Kita nggak bisa sepenuhnya menilai seseorang mengalami gangguan bipolar hanya karena ia menunjukkan gejala seperti yang tertulis di atas. Namun yang bisa dilakukan ketika munculnya gejala itu, kamu dapat merekomendasikannya untuk menemui dokter agar mendapatkan diagnosis yang tepat serta penanganan lebih lanjut. Sebab penderitanya akan sulit menjalani aktivitas hariannya dengan normal, dan bisa terancam mengakhiri hidupnya sendiri.

IDN Channels

Latest from Health