Sudah masuk bulan ke-10 dunia berjibaku melawan COVID-19, penyakit akibat virus corona strain baru, SARS-CoV-2. Berbagai obat untuk terapi pasien dan vaksin mulai diuji dan perlahan terlihat efektivitasnya, tetapi ini juga diiringi dengan temuan penelitian akan gejala baru COVID-19 yang dilaporkan dialami pasien.
Sebuah studi yang melibatkan 509 pasien COVID-19 di Amerika Serikat (AS) berjudul "Frequent neurologic manifestations and encephalopathy‐associated morbidity in Covid‐19 patients" yang diterbitkan di jurnal Annals of Clinical and Translational Neurology pada 5 Oktober lalu memaparkan bahwa lebih dari 80 persen pasien positif COVID-19 menunjukkan gejala gangguan saraf, yang juga ikut meningkatkan risiko kematian.
Berikut ini adalah daftar gejala baru corona pada pasien yang dilaporkan.
1. Pusing (29,7 persen)
Penelitian tersebut memaparkan bahwa 151 pasien COVID-19 menunjukkan gejala pusing. Mengutip studi yang dipimpin oleh dr. Koralnik, berjudul "COVID‐19: A Global Threat to the Nervous System" yang melibatkan 214 pasien COVID-19, disebutkan bahwa dari 25 persen pasien dengan gejala pada sistem pusat saraf, ternyata pusing adalah gejala yang paling sering dialami (17 persen). Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Annals of Neurology yang terbit pada bulan Juni lalu.
Melansir Topeka ENT, menyalahkan SARS-CoV-2 yang menghambat asupan oksigen ke otak sebagai penyebab pusing kepala. Selain itu, disebutkan juga bahwa saat SARS-CoV-2 menginfeksi otak, respons sistem imun yang memicu inflamasi juga mengganggu kinerja otak dan saraf.
2. Sakit kepala (37,7 persen)
Selanjutnya, penelitian tersebut memaparkan bahwa sebanyak 192 pasien COVID-19 mengeluhkan gejala sakit kepala. Faktanya, lembaga kesehatan di Connecticut, AS, Harford Healthcare, memaparkan kasus seorang perempuan berusia 33 tahun yang tiba-tiba menderita sakit kepala hebat sebelum menunjukkan gejala COVID-19 umum lainnya. Setelah diselidiki, ternyata sebelumnya dia memiliki riwayat migrain.
Ternyata, sakit kepala adalah salah satu gejala non pernapasan yang dialami oleh pasien COVID-19. Pakar sakit kepala di Hartford Hospital, Dr. Sandhya Mehla, mengatakan bahwa gejala tersebut adalah gejala kelima yang paling sering terjadi pada pasien COVID-19, selain demam, batuk, nyeri otot, dan sesak napas.
3. Dysgeusia/parageusia (15,9 persen)
Gejala baru yang dialami oleh pasien COVID-19 adalah dysgeusia, atau kehilangan kemampuan perasa pada lidah secara tiba-tiba. Menurut penelitian di Prancis berjudul "New loss of smell and taste: Uncommon symptoms in COVID-19 patients in Nord Franche-Comte cluster, France" yang dimuat dalam International Journal of Infectious Diseases bulan Agustus lalu, disebutkan bahwa gejala dysgeusia pada COVID-19 terekam pertama kali pada Maret 2020 di Prancis. Dari 70 pasien yang diteliti, setengahnya menunjukkan gejala tersebut.
Selain itu, sebuah studi berjudul "Dysgeusia in COVID-19: Possible Mechanisms and Implications" dalam jurnal Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, and Oral Radiology yang terbit pada September 2020 lalu menyalahkan berbagai faktor seperti hipoksia, anemia, dan terganggunya sirkulasi oksigen dalam darah yang membuat pasien COVID-19 mengalami dysgeusia.
4. Mialgia (44,8 persen)
Penelitian tersebut lebih lanjut memaparkan bahwa 228 pasien COVID-19 menunjukkan gejala mialgia. Mengutip definisi dari situs Johns Hopkins Medicine, mialgia adalah nyeri otot dan nyeri pada ligamen, tendon, dan fasia, jaringan ikat lunak yang menghubungkan otot, tulang, dan organ. Mialgia memiliki gejala kram otot dan nyeri sendi.
Biasanya penderita tak bisa jauh-jauh dari obat ibuprofen dan asetaminofen untuk meredakan gejala, begitu juga dengan kompres dingin di bagian yang sakit.
5. Ensefalopati (31,8 persen)
Gejala ketiga yang menimpa 127 pasien COVID-19 dalam penelitian tersebut adalah ensefalopati, gangguan pada otak yang ditandai dengan menurunnya kesadaran, dari gampang mengantuk hingga paling parahnya adalah kondisi koma. Penelitian tersebut juga secara spesifik menyebut bahwa ensefalopati adalah gejala neurologis yang paling berbahaya.
Salah satu tim peneliti, dr. Igor Koralnik yang adalah supervisor di Klinik Neuro COVID-19 di Northwestern Memorial Hospital, Chicago, AS, mengatakan ensefalopati didapati pada pasien yang sudah dipulangkan, long hauler (pasien COVID-19 yang menderita gejala setelah sembuh), dan pasien COVID-19 yang tidak pernah dibawa ke rumah sakit.
"Ensefalopati, yang ditandai dengan perubahan fungsi mental mulai dari linglung ringan hingga koma, adalah gejala neurologis paling parah dari COVID-19," paparnya.
6. Anosmia (11,4 persen)
Kemudian, gejala baru lainnya pada pasien COVID-19 adalah anosmia, atau kehilangan kemampuan penciuman pada hidung. Menurut penelitian tersebut, gejala anosmia ditemukan pada 58 pasien. Menurut penelitian di Tiongkok pada Juni 2020, "COVID-19 and anosmia: A review based on up-to-date knowledge" dalam American Journal of Otolaryngology, anosmia pun tampak saat pandemi SARS-CoV-1 pada 2003 lampau.
Dalam sebuah studi gabungan antara AS, Inggris, Belgia, dan Italia pada 27 Maret 2020 yang berjudul "Non-neuronal expression of SARS-CoV-2 entry genes in the olfactory system suggests mechanisms underlying COVID-19-associated anosmia" dalam jurnal Science Advances yang dimuat pada Juli 2020 lalu, anosmia pada COVID-19 bukan disebabkan oleh infeksi SARS-CoV-2 pada saraf, melainkan pada sel pendukungnya. Karena tidak menyerang saraf olfaktori secara langsung, saat COVID-19 reda, maka anosmia seharusnya akan perlahan sirna.
7. Gejala lainnya (0,2-1,4 persen)
Gejala neurologis terakhir yang dilaporkan pada pasien COVID-19 adalah gangguan pergerakan tubuh seperti stroke, penurunan fungsi motorik dan sensorik, ataksia (gangguan neurologis yang membuat seseorang sulit mengendalikan gerakan sadar tubuhnya), dan kejang.
Meskipun diketahui secara umum menyerang pernapasan, tetapi berbagai penelitian terus memberi informasi akan penyakit ini. Salah satunya adalah ragam gejala pada saraf yang dilaporkan dialami pasien COVID-19.
Temuan penelitian tersebut jangan sampai membuatmu panik. Tetap patuhi protokol kesehatan yang sudah ditetapkan, seperti:
- Cuci tangan dengan air dan sabun selama minimal 20 detik;
- Usahakan tidak keluar rumah jika sedang tidak fit atau tidak ada keperluan penting;
- Pembatasan sosial minimal 1,8-2 meter;
- Memakai masker saat keluar rumah;
- Tidak menyentuh mata, hidung, serta mulut.
Jangan lupa untuk menjaga kesehatan dengan berolahraga rutin dan mengonsumsi makanan dan minuman bergizi seimbang. Tetap optimis dan yakin bahwa kita akan segera melewati pandemi COVID-19 segera!
Disclaimer: Artikel ini sudah diterbitkan di laman IDN Times dengan judul "Bisa Serang Saraf, Ini Daftar 7 Gejala COVID-19 Terbaru"