Kanker adalah salah satu penyakit pembunuh di dunia. Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2018, setidaknya terjadi 9,6 juta kematian secara global. Itu artinya 1 dari 6 orang meninggal dunia akibat kanker. Untuk negara dengan pendapatan per kapita menengah ke bawah, angka kematian akibat penyakit ini bisa mencapai 70 persen.
Menjadi masalah yang lebih sulit adalah kanker ada banyak jenis bergantung lokasinya. Salah satu kanker yang banyak diidap adalah kanker paru.
Memahami betapa bahayanya kanker paru itu, Gerakan Nasional Indonesia Peduli Kanker Paru (IPKP) mengadakan webinar bertajuk “Akses Pengobatan Kanker Paru: Tantangan dan Harapan". Webinar tersebut dihadiri oleh Prof. dr. Elisna Syahruddin, PhD, Sp.P(K), dr. Sita Laksmi Andarini, PhD, Sp.P(K), dan Willem Laoh sebagai perwakilan Indonesian Cancer Information and Support Center Association (CISC). Ada banyak informasi yang disampaikan terkait kanker paru. Berikut ini detailnya.
1. Kanker paru punya gejala mirip penyakit pernapasan
Prof. Elisna lebih lanjut menerangkan bahwa ada empat gejala yang bisa mengindikasi seseorang punya kanker paru atau tidak. Pertama adalah batuk yang tak kunjung sembuh walaupun sudah diobati. Batuk terus ada dan umumnya berupa batuk kering, bukan batuk berdahak.
Dalam tingkat yang lebih lanjut, batuk tersebut mulai mengeluarkan darah. Ini sudah menjadi tanda adanya yang tidak beres.
Selanjutnya, ada rasa sesak di dada. Keluhan sesak ini bisa timbul akibat adanya cairan dalam paru-paru. Terakhir adalah adanya nyeri di dada yang mana saat menarik napas dalam, nyerinya bertambah. Gejala kanker paru di atas tadi bisa mirip gejala berbagai penyakit paru-paru lainnya.
“Semua penyakit paru-paru punya empat gejala ini. Maka dari itu, perlu pemeriksaan untuk mengetahui apakah itu kanker atau penyakit lain,” tukas Ketua Pokja Kanker Paru Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu.
2. Pertolongan dokter untuk pasien yang kondisinya sudah parah bisa meningkatkan kualitas hidupnya
Kanker paru bukanlah penyakit yang mudah untuk disembuhkan. Faktor internal dan eksternal sangat menentukan hal tersebut. Oleh karena itu, para dokter yang menangani kanker paru-paru, lebih dari menyembuhkan, memiliki tugas untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik untuk para pasiennya.
“Penderita yang berumur lanjut punya persentase kecil untuk sembuh. Setidaknya dalam memerangi kondisinya tersebut, beban hidupnya bisa lebih ringan dan mereka bisa menikmati tiap waktunya,” ujar Prof. Elisna.
Itulah hal-hal yang perlu kamu tahu seputar kanker paru. Bila kamu atau orang yang kamu kenal mengalami gejala batuk yang tak membantu setelah 2-3 minggu, batuk lama dan makin parah, infeksi dada berulang, batuk berdarah, rasa sakit saat bernapas atau batuk, sesak napas terus-menerus, terus merasa lelah, serta hilang nafsu makan atau berat badan menyusut tanpa penyebab yang jelas, segera periksakan diri ke dokter.
Bila kanker paru terdeteksi pada tahap awal, dokter bisa langsung memberikan penanganan, sehingga peluang kesembuhan pun lebih besar.
Bila kamu atau orang yang kamu kenal terdiagnosis kanker paru, pastikan untuk mengikuti terapi sesuai arahan dokter dan pastikan mendapat dukungan penuh dari orang-orang di sekitar.
3. Laporan kanker paru ke dokter rata-rata selalu saat kanker sudah mencapai stadium tiga atau empat
Melihat dari kebiasaan orang Indonesia, Prof. Elisna juga mengatakan bahwa penderita kanker paru sering melaporkan kondisinya terlambat. Saat memeriksakan diri dan terdiagnosis, stadium kanker sudah parah.
"Sebanyak 85 persen pasien yang saya terima selalu seperti ini,” ujarnya.
Oleh karena itu, penting untuk memeriksakan diri sedini mungkin demi mendeteksi apakah ada sel kanker di tubuh atau tidak.
Prof. Elisna juga memaparkan lebih lanjut bahwa sel kanker berkembang dengan sangat lambat atau perlahan.
“Dalam waktu 10 tahun, pertambahannya hanya bisa 1 cm saja,” tambahnya.
Ini juga menjadi alasan mengapa penderita kanker paru-paru rata-rata sudah berumur. Namun, beberapa data belakangan menunjukkan angka penderita di usia 30 tahunan juga mengalami peningkatan.
4. Kanker paru sering disebabkan oleh asap rokok
Sebagai penyakit pembunuh, kanker paru muncul akibat adanya zat-zat berbahaya yang masuk ke dalam paru-paru. Umumnya, zat-zat berbahaya itu datang dari udara yang kita hirup. Polusi udara adalah salah satunya. Meski demikian, asap rokok dinilai jauh lebih berbahaya dalam meningkatkan risiko kanker.
Menurut laporan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), 80-90 persen kanker paru muncul akibat asap rokok. Ini bukan hanya untuk perokok pasif, tetapi juga perokok pasif.
"Di dalam asap rokok terdapat kandungan berbagai zat karsinogen dan mengotori udara. Akibatnya, orang yang tidak merokok berpotensi menghirup zat-zat karsinogen itu dan dapat menimbulkan berbagai penyakit paru. Salah satunya adalah kanker paru itu," jelas Prof. Elisna.
5. Penanganan kanker paru bisa dilakukan dengan radioterapi serta kemoterapi
Beralih ke dr. Sita, ia menjelaskan tentang bagaimana upaya penanganan penderita kanker paru. Ada banyak pemeriksaan yang bisa dilakukan, mulai dari biopsi, CT scan, dan lain-lain. Ini masih tahapan deteksi kanker. Bila sudah terdeteksi, barulah dokter bisa memberikan upaya penanganan yang meliputi kemoterapi, radioterapi, hingga imunoterapi.
Ketiga terapi tersebut berbeda cara penanganannya. Radioterapi memberikan radiasi yang terfokus pada satu titik atau area, sehingga sel kankernya hilang pada area itu saja. Sementara itu, pada kemoterapi sasarannya adalah seluruh tubuh yang membuat hampir seluruh sel kanker pada tubuh lenyap. Lalu untuk imunoterapi, dokter akan mencoba mengaktifkan protein dalam tubuh yang sekiranya mampu melawan sel kanker tersebut.
Pemilihan terapi tersebut akan ditentukan melalui banyak faktor, seperti usia penderita, kondisi stadium kanker, sejarah kesehatan, dan banyak lagi.
Disclaimer: Artikel ini sudah diterbitkan di laman IDN Times dengan judul "Gejala Mirip Penyakit Pernapasan, Kenali 5 Hal tentang Kanker Paru Ini"